skin kampung indian: Pembagian Carita Pantun Sunda

Pembagian Carita Pantun Sunda



Carita Pantun Sunda
PEMBAGIAN CARITA PANTUN SUNDA


Pembagian Carita Pantun Sunda
Carita pantun terbagi atas dua bagian,yaitu:rajah dan isi cerita.Rajah pada intinya berisi permohonan izin kepada Tuhan, para leluhur,dan para mahluk gaib lainnya yang menghuni berbagai tempat dengan harapan agar mendapat keselamatan dan keberkahan bagi yang punya hajat,juru pantun,dan orang yang mendengarkan sehubungan dengan akan dilaksanakannya pertunjukkan pantun.Isi dan panjang pendeknya rajah pada setiap carita pantun tidak selalu sama tergantung dari juru pantunnya.Meskipun carita pantun yang dilakonkan berbeda tetapi bila juru pantunnya sama mungkin saja rajah yang dibawakannya akan sama.Rajah bukan merupakan bagian dari isi carita pantun,tetapi kehadirannya pada setiap pertunjukan selalu harus ada.Inilah yang menjadi kekhasaan dari carita pantun.Rajah yang disampaikan juru pantun di awal pertunjukan carita pantun diebut rajah pamuka sedangkan rajah yang disampaikan setelah lakon dalam cerita pantun tamat disebut rajah pamunah.Isi cerita berisi lakon dari cerita pantun itu sendiri yang penyampaiannya dapat berupa deskripsi,narasi, dialog,dan monolog.

Deskripsi yaitu bagian yang menggambarkan tingkah seorang tokoh, kejadian,dan rasa hati seperti sedih, gembira dsb. Bagian ini didendangkan oleh juru pantun dengan menggunakan berbagai gaya bahasa yang menggambarkan deskripsi tersebut.Berikut contoh deskripsi satria yang sedang berdandan dalam carita pantun Lutung kasarung :


Toroptopan tereptepan,

sacokot-cokotna meunang,
sabeulit mahi sagolek pangkek,
sacangreud pageuh,
nyigihkeun calana panji,
sabuk dantun tali anyar,
keris buat mantalan sari,
gogodongna si julang anom,
disoren tungtungna bae,
kekewer dicinde kembang,
panjangna sadeupa mider,
susumping kembang jayanti

Bagian narasi disampaikan oleh juru pantun ketika akan menyambungkan satu kejadian ke kejadian berikutnya.Pada bagian narasi tidak didendangkan meskipun tetap diiringi kacapi.Contoh narasi yang terdapat dalam carita pantun Ciung Wanara :


Kacarita dua patih sakembaran,

Patih purawesi Patih Puragading,
Sejana ka pasamoan,
Bawana hayam sahiji,
Patepung di alun-alun jeung Ciung Wanara,
Gancang bae ditanya ku Ciung Wanara.

Bagian dialog berisi percakapan antara para pelakunya.

Bagian monolog berisi percakapan pelaku seorang diri baik yang dilisankan maupun perkataan yang diucapkan didalam hatinya.

Sejalan dengan perkembangan zaman carita pantun kemudian bergeser dari uapcara salametan/ruatan menjadi pertunjukkan hiburan. Pergeseran ini diperkirakan terjadi pada tahun 60-an. Ada sebuah rombongan pantun bernama Pantun beton dengan juru pantunnya Wikatmana mempertunjukkan pantun tidak hanya diiringi kecapi tetapi menyertakan seperangkat gamelan seperti pertunjukkan wayang golek dan dalam penyajiannnya diselingi dengan kawih-kawih dari sinden.Rombongan pantun ini disiarkan Langsung oleh RRI Bandung selama 3 jam.


Carita pantun tidak lagi menonjolkan unsur kesakralannya tetapi sudah lebih banyak kepada segi hiburannya.Cara berpantun ini disebut dengan pantun beton.Sedangkan carita pantun yang pertunjukannya masih menggunakan cara lama disebut dengan pantun buhun. Selain lamanya pertunjukan,penyajian,dan kesakralannya, perbedaan antara pantun beton dan pantun buhun dapat dilihat dari cara pengisahannya. Dalam pantun buhun cara pengisahannya lebih banyak naratif sehingga cerita terkesan monoton dengan irama yang tetap sedangkan pada pantun beton lebih banyak dialog sehingga cerita terkesan dinamis dan lebih menarik.








DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!