skin kampung indian: Bandung Tempo Dulu
Tampilkan postingan dengan label Bandung Tempo Dulu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bandung Tempo Dulu. Tampilkan semua postingan

Jasa-Jasa Walikota Bandung Jaman Belanda



walikota bandung
BERTUS COOPS WALIKOTA BANDUNG KE-1

'Old Soldier never die,they only fade away'( Prajurit tua tak akan mati,mereka hanya undur).
Ungkapan dalam Bahasa Inggris terkenal yang menggambarkan para pejuang tua yang tak kenal lelah. mengabdikan diri melebihi tugas dan kewajiban yang diembannya,untuk kemudian undur karena umur.

Pejuang tua semacam ini,kita temukan di Bandung tempo doeloe. Ia adalah Burgemeestes(Walikota)van Bandung yang pertama.Nama beliau Meneer B.Coops yang menjadi Walikota Bandoeng selama 15 tahun(1913-1928).

Sebelum menjadi Walikota Bandoeng Tuan B.Coop pernah menjadi Pelaut,kemudian jadi Prajurit kelas 3 pada Resimen Infanteri Pegunungan dari KNIL. Pernah juga menjadi anggota Polisi "Oude Schout",dan terakhir pada tahun 1914 ia pensiun dengan pangkat 
'Oud Adjunct Hoofd commissaris van Politji'.

Tatkala memangku jabatan sebagai Walikota Bandoeng,Tuan B.Coops telah tua bangka..! untuk membuktikan kepada warga Kota bahwa dirinya tetap fit dan still going strong ' maka pada hari ulang tahunnya yang ke 80 tahun,B.Coops jalan kaki dari Bandung menuju puncak Gunung Papandayan untuk merayakan hari jadinya.

Tepat pukul 24 malam,tatkala Walikota B.Coops berusia 4.160 minggu lebih 1 hari,9 jam,12 menit ia sampai dipuncak Papandayan,ratusan warga kota yang menunggu menyambutnya,dengan gegap gempita.

'Hallo goeden morgen mijnheer Coops,hoe gaat t met U ...? sapa pemuka masyarakat Bandung di atas gunung.
Walikota B.Cooops terkenal ramah,peka dan tanggap akan keinginan warga kotanya.
Paman B.Coops mengurus Kota Bandung seperti ia mengurus halaman rumahnya sendiri,kata tuan Hoogland wartawan di Kota ini. Ia mengetahui lika-liku kota Kota Bandung. Tiap pagi sarapan koran. Untuk mengetahui kritik dan keluhan masyarakatnya.

Sekitar tahun 1922,seorang murid M.U.L.O (SLP)mengalami kecelakaan diturunan jalan Tamansari (Depan Unisba Sekarang). Rem sepedanya 'blong' . Dengan kecepatan tinggi sepeda meluncur dan membentur sebuah Monumen Pahlawan Penerbang Engelbert van Bevervoorde yang terletak ditengah simpang jalan Wastukancana Tamansari sekarang, dan....meninggal.
Mendapat laporan kejadian ini,langsung Walikota B.Coops memerintahkan membongkar Monumen Kapitein Elgerbert,untuk dialihkan ke pinggir jalan.

"Biar monumen pahlawan,tapi ia tidak berhak mencabut nyawa seorang anak", begitu kata Walikota B.Coops yang gesit bertindak.

Pengganti Walikota B.Coops adalah Ir.J.E.A. von Wolzogen Kuhr,seorang Mahaguru dari Technishe Hoogeschool Bandung.
Terpilihnya seorang dari dosen 'TH' sebagai Walikota Bandung pada periode 1928-1934,memang tepat sekali. The right man and the right place..! Sebab pada masa itu Kota Bandung lagi giat-giatnya membangun.

Pada masa jabatan Burgemeester Wolzogen Kuhr inilah,Bandung mulai melaksanakn rancangan kota-kotanya, sehingga menemui bentuknya seperti parijs van Java, yang beken.

Untuk mengabdikan jasa-jasa kedua pendahulu Walikota Bandung
itu,dua ruas jalan di Bandung dinamakan Burgemeester Coopsweg (Jalan Pajajaran sekarang)dan Burgemeester Kuhrweg (jalan Purnawarman sekarang) Masih banyak peluang tersedia bagi Walikota Bandung kemudian,untuk mempersembahkan karya besar yang bisa dicatat dengan tinta emas dalam untaian Sejarah Kota Bandung masa mendatang. 

Sumber:Wajah Bandung tempo Doeloe.Haryoto Kunto



 
DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Bandung Tempo Dulu | Sejarah Gedung Sate



Gedung Sate
SEJARAH GEDUNG SATE

Gedung Sate yang pada masa Hindia Belanda itu disebut Gouvernements Bedrijven (GB), peletakan batu pertama dilakukan oleh Johanes Catherina Coops, puteri sulung Walikota Bandung, B Coops dan Petronella Roelofson, mewakili Gubernur Jenderal di Batavia , J.P.

Graaf van Limburg Stirum pada tanggal 27 Juli 1920,merupakan hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri dari Ir J., Greber. arsitek muda kenamaan lulusan Fakultas Teknik Delff Nederland, Ir.Eh De roo dan Ir. G. Hendriks dan Ir. serta pihak Gemeentevan Bandoeng,diketuai Kol. Pur. VL. Slors dengan melibatkan 2000 pekerja,150 orang diantaranya pemahat, atau ahli bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan Cina yang berasal dari Konghu atau Kanton,dibantu tukang batu, kuli aduk dan peladen yang berasal dari penduduk kampung Sekeloa, kampung Coblong Dago, kampung Gandok dan Cibarengkok,yang sebelumnya mereka menggarap Gedong Sirap (Kampus ITB) dan Gedong Papak (Balai Kota Bandung) Selama kurun waktu 4 tahun pada bulan September 1924 berhasil diselesaikan pembangunan induk bangunan utama Gouverments Bedrijven, termasuk kantor pusat PTT( Pos Telepon dan Telegraf dan perpustakaan (.Arsitektur Gedung Sate merupakan hasil karya arsitek Ir.J.Gerber dan kelompoknya yang tidak terlepas dari masukan maestro arsitek Belanda Dr. Hendriks Petrus Berlage, yang bernuansakan wajah arsitektur tradisional Nusantara. Banyak kalangan arsitek dan ahli bangunan menyatakan Gedung Sate adalah bangunan monumental yang anggun mempesona dengan gaya arsitektur unik mengarah kepada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa,(Indo Europeeschen architectuur stijl), sehingga tidak mustahil bila keanggunan Candi Borobudur ikut mewarnai Gedung Sate.

Beberapa pendapat tentang megahnya Gedung Sate diantaranya Cor Pashierdan Jan Wittenber II arsitek Belanda, yang mengatakan "langgam arsitektur Gedung Sate adalah gaya hasil eksperimen sang arsitek yang mengarah pada bentuk gaya arsitektur Indo-Eropa".D. Ruhl dalam bukunya Bandoeng en haar Hoogvlakte 1952, "Gedung Sate adalah bangunan terindah di Indonesia". Ir. H.P.Berlage, sewaktu kunjungan ke Gedung Sate April 1923, menyatakan, "Gedung Sate adalah suatu karya arsitektur besar, yang berhasil memadukan langgam timur dan barat secara harmonis".

Seperti halnya gaya arsitektur Italia di masa renaiscance terutama pada bangunan sayap barat. Sedangkan menara bertingkat di tengah bangunan mirip atap Meru atau pagoda.Masih banyak lagi pendapat arsitek Indonesia yang menyatakan kemegahan Gedung Sate misalnya Slamet Wirosanjaya dan Ir.Harnyoto Kunto.  
Kuat dan utuhnya Gedung Sate hingga kini, tidak terlepas dari bahan dan teknis konstruksi yang dipakai. Dinding Gedung Sate terbuat dari kepingan batu ukuran besar (1 × 1 × 2 m) yang diambil dari kawasan perbukitan batu di Bandung timur sekitar Arcamanik dan Gunung Manglayang. 

Konstruksi bangunan Gedung Sate menggunakan cara konvensional yang profesional dengan memperhatikan standar teknik Gedung Sate berdiri diatas lahan seluas 27.990,859 m², luas bangunan 10.877,734 m² terdiri dari Basement 3.039,264 m², Lantai I 4.062,553 m², teras lantai I 212,976 m², Lantai II
3.023,796 m², teras lantai II 212.976 m², menara 121 m² dan teras menara 205,169 m².Gerber sendiri memadukan beberapa aliran arsitektur ke dalam rancangannya. Untuk jendela, Gerber mengambil tema Moor Spanyol, sedangkan untuk bangunannya dalah Rennaisance Italia.

Khusus untuk menara, Gerber memasukkan aliran Asia, yaitu gaya atap pura Bali atau pagoda di Di puncaknya terdapat "tusuk sate" dengan 6 buah ornamen sate (versi lain menyebutkan jambu air atau melati), yang melambangkan 6 juta gulden-jumlah biaya yang digunakan untuk membangun Gedung Sate.Fasade (tampak depan) Gedung Sate ternyata sangat diperhitungkan. Dengan mengikuti sumbu poros utara-selatan (yang juga diterapkan di Gedung Pakuan, yang menghadap Gunung Malabar di selatan), Gedung Sate justru sengaja dibangun menghadap Gunung Tangkuban Parahu di sebelah utara.

Dalam perjalanannya semula diperuntukkan bagi Departemen Lalulintas dan Pekerjaan Umum, bahkan menjadi pusat pemerintahan Hindia Belanda setelah Batavia dianggap sudah tidak memenuhi syarat sebagai pusat pemerintahan karena perkembangannya,sehingga digunakan oleh Jawatan Pekerjaan Umum. Tangga3 Desember 1945 terjadi peristiwa yang memakan korban tujuh orang pemuda yang mempertahankan Gedung Sate dari serangan pasukan Gurkha. 

Untuk mengenang ke tujuh pemuda itu, dibuatkan tugu dari batu yang diletakkan di belakang halaman Gedung Sate. Atas perintah Menteri Pekerjaan Umum pada tanggal
3 Desember 1970 Tugu tersebut dipindahkan ke halaman depan Gedung Sate.Gedung Sate sejak tahun 1980 dikenal dengan sebutan Kantor Gubernur karena sebagai pusat kegiatan Pemerintah Propinsi Jawa Barat, yang sebelumnya Pemerintahaan Propinsi Jawa BaratmenempatiGedung Kerta Mukti di jalan Braga Bandung.



DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Bank Indonesia di Bandung



Bandung tempo doeloe


  Javasche Bank 1909-Gedung B.I.
Jalan Braga tempo dulu
    

Javasche BANK 1909
Pemerintah Hindia-Belanda tidak meremehkan prospek ekonomi yang cerah dari Bandung Ibu-kota Priangan. Sehingga di jalan Braga didirikanlah " javasche Bank " pada tahun 1909,namun gedungnya masih kecil dan sederhana.

Baru pada tahun 1920'an " Javasche Bank " membangun kantor besar di sebuah lapang ujung utara Jalan Braga,yang semula adalah lokasi tempat pertemuan " Preangerplanters " di Sabtu sore untuk memamerkan Mobil sedan barunya.

Sedangkan gedung di seberang Javasche Bank yang sekarang jadi kantor " Kerta Mukti ",semula adalah rumah gedong milik Tuan Soesman,Belanda totok pemilik kuda balap paling jempolan di kota. Istal kudanya terletak berderet dibelakang rumahnya.

Kantor Komdak " Langlang Buana " sekarang cuma Kantor Perusahaan Minyak Kelapa (Oliefabrieken) " Insulinde ",terletak di sebelah gedung percetakan Van Dorp & Co.





DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Tan Djoen Liong Letnan Pecinan di Bandung


          

photo bandung tempo dulu
PHOTO KELUARGA TIONGHOA DI JAWA TEMPO DOELOE 


Koloni permukiman orang asing di kota-kota besar disebut sebagai " Fondachi" atau " Wijk" dalam Bahasa Belanda.Setiap wijk dipimpin oleh Wijkmeester,yang terkenal dalam cerita Lenong Betawi sebagai tuan Beek (maksudnya Wijk).

Tercatat Wijkmeester Cina(ketua pecinan) untuk daerah 'Suniaraja' pada tahun 1914 adalah 'Thung Pek Koey' dan untuk daerah 'Citepus' pimpinannya adalah 'Tan Yim Coy'.
Diatas Wijkmeester ada pimpinannya,yaitu seorang Luittenant der Chineeschen.

Untuk Kota Bandung Luitennant Cinanya adalah 'Tan Djoen Liong'(Baca:H.Buning,"Maleische almanak 1914).
Sampai kini disekitar Chinees Wijk(Pecinan) Citepus masih bisa ditemui nama-nama jalan dan gang seperti :
'Gang guan An dan Jap Lun'yang menunjukan hubungan dengan nama tuan-tuan Cina ditempat itu.*** UTUK ***   


 (Sumber:wajah Bandoeng Tempo Doeloe.Haryoto Kunto)   


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Bandung Sebagai Kota Pendidikan




Bandung Tempo Dulu
PENDIDIKAN DI BANDUNG TEMPO DULU


Kota Bandung tempo doeloe menjadi lebih semarak dan menarik setelah dibuka " Opleidingsschool voor Indiansche Ambtenaren "(OSVIA)pada tahun 1879. Di kalangan penduduk pribumi sekolah itu populer dengan Sakola Menak karena murid-murid sekolah ini adalah anak para Menak/priyayi seperti Bupati(Dalem) Patih,dan Wedana.
Murid OSVIA diambil dari lulusan Sekolah Dasar.

Baru kemudian pada tahun 1927 dibuka Middlebare OSVIA (MOSVIA)yang siswanya diambil dari lulusan Sekolah Menengah Pertama.
 Pada penutup Abad ke-19,beberapa sekolah dasar dan kejuruan mulai dikembangkan di Kota Bandung,sehingga tanpa terasa kota mulai menemukan bentuknya sebagai pusat pendidikan.

Bandung sebagai kota pendidikan menjadi dambaan para orang tua di tatar Sunda,untuk bisa menyekolahkan putra-putrinya.
 Angan-angan para Ayah-Bunda terlukiskan dalam lagu asuhan " Penggugah" anak-anak tempo doeloe di Jawa-Barat:
    
           Neleng neng tang
           Neleng neleng neng gung
           Geura gede geura jangkung
           Geura sakola ka Bandung
           Eukeur makayakeun indung
           Wayahnakeun beurat nanggung
           Sing inget waktu dikandung 
           Digelendeng ulah pundung
           Da jamakna munggah indung
           Mun ambek mudu di bendung

  (Baca:artikel " Uit Pasoendan " dalam Majalah "Indie",8 November 1922).

Arti dari lirik lagu diatas : Neleng neng tang/Neleng neleng neng gung/cepatlah besar cepatlah jangkung/Segera sekolah ke Bandung/Untuk memuliakan bunda/bersabarlah menanggung derita/harus ingat waktu dalam kandung/Dicaci jangan gusar/Maklumlah seorang ibu/Yang terasa telah mengandung/Bila murka harus dibenung.

Segera sekolah ke Bandung !! adalah cita-cita orang tua tempo doeloe yang diharapkan putra-putrinya.
Pengembangan sektor pendidikan di Bandung pada masa lalu benar-benar pragmatis. Jenis pendidikan yang mula diutamakan adalah sekolah guru. Untuk memenuhi tenaga trampil yang dibutuhkan dalam pembangunan,maka didirikanlah sekolah pertukangan.

Menurut Reitsma dan Hoogland (1921),gagasan untuk dijadikan Bandung sebagai kota intelektual dan pemerintahan di Hindia-Belanda(het intellectueele en staakundige centrum van Nederlandsch-India), rupanya telah diramalkan orang sejak Abad-19.

Bandung memang pantas disebut "Kota Pendidikan" (Intektuil). Belum lagi lewat seperempat "awal" abad ke-20,bermacam jenis Sekolah dari berbagai jenjang tingkatan,terdapat di kota ini.

Dari Taman kanak-Kanak (Frobelschool),Sekolah Guru Taman Kanak-Kanak (Opleidingschool voor Frobeloderwijzerssen),van Deventerschool (Sekolah Putri), Sekolah Dasar Belanda(H.I.S., Sekolah Dasar Pribumi(Inlandsche tweed Klasse Scolen) S.M.P (M.U.L.O) S.M.A (AMS),dan sekolah-sekolah swasta milik Zending Kristen dan Cina,semua terdapat di Bandung tempo doeloe.(sumber:wajah Bandoeng Tempo Doeloe.alm.Haryoto Kunto)




DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Pasar Malam Di Bandung Tempo Dulu 1920'an




jaarbeurs bandung
PERTUNJUKKAN MUSIK SYMPHONY 
DI JAARBEURS BANDUNG 1920-1926

Sejarah Pasar Malam Di Bandung Tempo Dulu 1920'an
Jaarbeurs atau Pasar Malam yang sukses menarik animo masyarakat Jawa Barat tempo dulu pada awal abad ke-20 adalah Jaarbeurs yang diselenggarakan di 'Sumedang'(Priangan Timur). Ketika di Belanda telah diselenggarakan sebuah bursa tahunan yang bernama ' Jaarbeurs' maka menanggapi kegiatan bursa tahunan yang diselenggarakan di Belanda beberapa tokoh masyarakat di "Hindia Belanda" terlihat bersemangat untuk dapat menyelanggarakan acara serupa di Hindia Belanda.


Seiring dengan hal itu maka dicarilah sebuah tempat penyelenggaraan kegiatan itu. Secara spesifik kemudian dipilihlah Kota Bandung yang saat itu sedang mengalami pembangunan besar-besaran sebagai kota penjajahan yang modern.

Udara Bandung yang sejuk merupakan salah satu hal yang menjadi pertimbangan penting lainnya bagi terlaksananya kegiatan ini,hal ini karena iklim yang sejuk ini dilihat akan menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi para pengunjung yang akan menghadiri acara tahunan ini.

Rencana akan dipindahkannya Ibukota "Hindia Belanda" dari "Batavia" ke "Bandung" tentu menjadi pertimbangan penting lainnya bagi pelaksanaan 'Jaarbeurs' pertama di Hindia Belanda ini,selain itu juga dikarenakan jumlah populasi masyarakat Eropa Belanda khususnya di Kota Bandung saat itu masih termasuk yang paling tinggi maka diharapkan akan dapat mendukung kesuksesan acara bursa Tahunan ini.




DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sarana Angkutan di Bandung Tempo Dulu



angkutan tempo dulu
TANDU SARANA ANGKUTAN TEMPO DULU


JALAN setapak yang bisa dilalui kuda,telah menghubungakan Bandung-Cianjur-Bogor-Batavia,sejak akhir Abad ke 18. Pada masa itu Bandung sudah terkenal sebagai daerah penghasil susu sapi yang berkualitas tinggi.

Sebuah catatan perjalanan dari Heeren Medici(1786) mengungkapkan: "Di sini(Rajamandala) saya mendapat setengah botol susu dari Bandung untuk sarapan. Karena dianggkut kuda,susu sapi terkocok berbusa menjadi keju dan mentega. Dalam botol kudapati 17 bulatan mentega,yang terbesar sebesar peluru dan terkecil seukuran kacang hijau.

Dengan menunggang kuda pada jalur jalan itu,tidak terlalu menyenangkan. Jalan pegunungan yang naik turun, membuat penunggang kuda terguncang-guncang melelahkan badan.

Oleh karena itu,pada abad ke-18 dan 19 orang masih suka menggunakan tandu (Pelangkin) yang dipikul empat orang koeli. Untuk perjalan jauh keluar kota. Naik tandu,biar lambat tapi lebih enak.Tidak digojlog selama dalam perjalanan.

Orang baru menggunakan kereta beroda,setelah terdapat jaringan jalan yang diperkeras dengan batu alam.

Sungguh menarik bila kita telusuri kembali,sejarah perkembangan angkutan jalan raya (darat) di wilayah Bumi Priangan,sebelum ada pemasangan jalur kereta api.
         
Sumber:Wajah Bandung Tempo Doeloe1984.Haryoto Kunto



DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Perereta Apian Di Bandung



Bandung Tempo Dulu
MAX HAVELAAR DI ATAS KERETA API 



Patut dicatat bahwa pada tahun 1884, mula pertama hubungan K.A. dibuka di kota, jumlah penumpang yang turun-naik lewat Stasion Bandung, selama setahun 32.000 orang penumpang. 

Dengan jumlah angkutan barang lbagasi) seberat 9.250 ton. Tigapuluh tahun kemudian (1914), banyak penumpang per tahun 1.307.000 orang, dengan muatan barang sebesar 244.700 ton (H.I.H., "Almanak Voor Bandoeng", 1941). Angka-angka di atas cukup berbicara, akan besarnya peranan kereta api bagi hubungan Kota Bandung dengan daerah luar.

Pemasangan jalur rel kereta api ke Priangan besar sekali dampaknya terhadap perkembangan ekonomi Kota Bandung dan wilayah sekitarnya. Terutama sekali setelah beberapa jalur simpang K.A. dibangun untuk menghubungkan Bandung dengan beberapa kota kecil yang terletak di "hinter-land" sekelilingnya. 

Pemasangan rel K.A. ini sebenarnya dititik-beratkan pada fungsinya sebagai 
1. Alat angkutan hasil produksi perkebunan Wilayah Priangan, yang kala itu menjadi barang komoditi  ekspor yang laku keras di pasaran dunia. 
2. Sarana pendukung dalam rencana pemekaran wilayah Gemeente Bandung di tahun 1919.




DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Peristiwa Bandung Lautan Api 1946



Bandung Lautan Api
BANDUNG LAUTAN API

Pada masa penjajahan Jepang Kota Bandung sebutan Kota Bandung berubah menjadi Bandung dan dikepalai oleh Sityo yang dijabat oleh Walikota Bandung saat itu ialah R.A. Atmadinata,yang kemudian sesuai dengan perkembangannya. kemudian diangkat Walikota Sityo (wakil walikota) Ir.Oekar Bratakusuma.

Setelah Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 Pemerintah Republik Indonesia mengangkat R.Syamsurizal sebagai Walikota Bandung, yang secara resmi pengambil alihan kekuasaanya dari tangan pemerintahan Jepang ke tangan Pemerintah republik Indonesia yang terjadi pada hari Jum'at tanggal 2 September 1945.
Pada tanggal 15 oktober 1945 tentara Sekutu atau Inggeris tiba di Bandung,akibatnya timbul kerusuhan sebagai partisipasi warga Bandung terhadap kemerdekaan dan sebagai puncaknya Wilayah Kota Bandung di bagi Dua,yaitu Bandung Utara dan Bandung Selatan,hal ini terjadi pada pada tanggal 29 November 1945 jam 12.00.

Hallo hallo Bandung....sekarang telah menjadi Bandung lautan api.
Begitulah peristiwa sejarah yang terjadi terhadap Kota Bandung,terukir dalam syair,memang akibat tekanan dari Komandan Pasukan Inggeris di Bandung,akhirnya demi kepentingan diplomasi,terpaksa Bandung harus ditinggalkan oleh tentara dan rakyatnya sejauh radius 11 Km dari pusat Kota Bandung.

Dengan demikian terpaksa pula Pemerintahan Kota Bandung berpindah-pindah,mulai dari Soreang,pindah ke Ciparay,Garut,kemudian ke Tasikmalaya dan terakhir ke Cisayong. Pada pemerintahan berada di Kota Garut Walikota R.Syamsurizal diganti oleh Ir.Oekar Bratakoesoema.

Alangkah pilunya memang,tetapi ada hal yang tak dapat dilupakan yang bertalian dengan pengosongan Bandung itu,rakyat tidak rela bila " Bali geusan Ngajadi (tempat kelahiran) " diserahkan begitu saja kepada orang lain,mereka bersatu tekad untuk membumi hanguskan Bandung.
  
Pada tanggal 24 Maret 1946 berkobarlah " Seuneu Bandung ",peristiwa ini dikenal dengan sebutan " Bandung Lautan Api ".
 Setelah Kota Bandung kembali menjadi Stadsgemeente pada masa berlakunya Negara Pasundan (24 April 1948-1950),kemudian dengan berakhirnya Negara Pasundan tanggal 13 Maret 1950,berubahlah sebutan Stadgemeente menjadi Kota Bandung,yang mulai berlaku pada tanggal 15 Agustus 1950.

Setelah Ir. Oemar Bratakoesoema,Wali Kota Bandung dijabat oleh E.Cores (1949).kemudian sejak tanggal 1 Desember 1949 sampai dengan 2 April 1957 Wali Kota Bandung dijabat oleh R.Enoch,pada masa jabatannya,tepatnya pada tahun 1955 Kota Bandung menjadi perhatian dunia dengan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika yang terkenal dengan 'Dasa Sila Bandung'

DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Arsitektur Tradisional Peninggalan Belanda di Bandung



bandung  tempo doeloe
Javasche Bank


Arsitektur Tradisional di Bandung Tempo Dulu

Bangsa Belanda melahirkan seorang arsitek kenamaan Hendrik Petrus Berlage(1858-1934). Di Indonesia,Berlage memiliki murid dan pengagum,yaitu: Moojen,Ed Cuypers dan Ir.Maclaine Pont. ketiga Arsitek Belanda inilah yang berhasil memadukan gaya arsitektur Berlage dengan bentuk Arsitektur Tradisional Indonesia,dan sering disebut sebagai "Indo-Europeeschen Arshitectuur Stijl".

Bangunan yang memiliki gaya essembling arsitektur Indo-Eropa ini,mudah dikenali ciri-cirinya. Sosok bangunan biasanya simetris,memiliki garis-garis vertikal dan horisontal yang kuat dalam skema arsitekturnya. Kontruksi bangunan disesuaikan dengan iklim tropis,terutama pada pengaturan ruang dalam upaya melindunginya dari pengaruh perubahan cuaca,sinar matahari dan hujan(Schomaker,1923).

Ukiran atau ornamen tradisional menghiasi interior maupun eksterior bangunan. Tidak lupa,di atas pintu-utama bangunan biasanya dihiasi pahatan wajah "Kala",sebagaiman kita dapati pada gedung Van Dorp( sekarang Gedung Landmark - Jl.Braga ) dan Bioskop Majestic di yang dibangun oleh Technisch Bueau " Soenda ",bangunan  De Javasche Bank "oleh Arsitek Ed Cuypers dan Gedung Sate(Gouvernements Bedrijven) yang menilik denah dan sosok gedung utamanya telah meniru dan mewarisi keagungan Candi Borobudur.






DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Asal-Usul Bandung Parijs van Java



lukisan bandung tempo doeloe
BANDUNG 'PARIJS VAN JAVA'


Konon menurut sumber yang layak dipercaya,Tuan Roth,Yahudi pemilik Toko Meubel dan Interior Rumah di Jl.Braga itu,adalah orangnya yang pertama mencetuskan semboyan " Bandoeng Parijs van Java ",dalam rangka promosi barang dagangannya di Pasar Malam Tahunan-" Jaarbeurs " di Bandung tahun 1920.

Kemudian menurut sumber itu pula,sebutan " Bandoeng Parijs van Java ",sering dikutip oleh Tuan "Bosscha" dalam kesempatan pidatonya di muka masyarakat Bandung,sehingga kemudian menjadi julukan yang populer.

Tentang kebenaran sejarah,sebutan " Bandoeng Parijs van Java ",penulis(Haryoto Kunto) telah berkorespondensi dengan Opa Buitenweg(90)tahun yang tinggal di Denhaag. Ia banyak mengetahui sejarah kota. Namun sayang sekali,belum sempat faktanya terungkap beliau sudah meninggal.

 (Sumber:Wajah Bandung Tempo Doeloe.Haryoto Kunto)





DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Telekomunikasi di Bandung



photo bandung tempo doeloe
PEMANCAR RADIO CILILIN TEMPO DOELOE


Sejarah Telekomunikasi  di Bandung
Pada tahun 1924 dan 1925 diadakan percobaan perhubungan telepon radio antara Surabaya dan makasar. Meskipun kadang-kadang diperoleh komunikasi yang baik,(bahkan antara Gambir-Bandung dengan Makasar) kenyataanya menunjukan bahwa gelombang panjang amat dipengaruhi oleh gangguan udara dan faktor-faktor lain sehingga perhubungan telepon yang didasarkan kepada basis komersial tidak dapat ditempuh. Hasilnya suatu angket kepada firma-firma dagang yang berkepentingan membenarkan bahwa pelaksanaan telepon radio tidak memenuhi hal yang diharapkan.
Stasion di Makasar lalu dirombak dan diperuntukan bagi siaran radio Pemerintah.

Ketika pada bulan Maret 1927 pemancar firma " Phillips di Eindhoven " terdengar di Hindia-Belanda(Nusantara),timbullah hasrat untuk memberi jawaban. Terbayanglah gambaran dimasa depan akan adanya perhubungan telepon radio antara Hindia-Belanda dengan Negeri Belanda. Di bawah pimpinan Dr.de Groot,suatu pemancar telefoni dibangun dengan cepat. Seluruh instalasi percobaan itu dapat didirikan dalam waktu 3 minggu. Setelah akhir bulan Mei pemancar tersebut dapat didengar di Negeri Belanda,maka pada tanggal 3 Juni 1927 percakapan pertama melalui pemancar Phillips tempoe doeloe  dapat dilangsungkan.

Pada bulan Desember 1927 dapat dipersiapkan suatu pemancar telefoni kristal yang dibuat di labolaturium Dinas Radio di Bandung tempo doeloe. pemancar tersebut segera terkenal di dunia radio. Antara tahun-tahun 1928-1929 perhubungan telepon radio dengan Belanda sangat menarik perhatian publik. Percobaan-percobaan percakapan dengan mempergunakan pemancar dan penerima dimanfaakan pula untuk mendemontrasikan perhubungan telepon radio ini kepada orang-orang terkemuka dan organisasi-organisasi resmi yang ada. Secara begini publik dipersiapkan untuk mempergunakan kemudahan yang terdapat pada perhubungan radio antara Hindia-Belanda dengan Negri Belanda. 

Selanjutnya diusahakan untuk dapat berhubungan dengan negara-negara lain melalui telepon radio. Pada tanggal 7 Januari 1929 dibukalah secara resmi perhubungan telepon radio antara Hindia-Belanda dengan Belanda. Baik di Negeri Belanda maupun di Hindia-Belanda,percakapan harus dilakukan disebuah bilik kecil yang berkawat empat (vierdraadsspreekcellen).  

Kesempatan untuk melakukan percakapan telepon radio di Indonesia hanya terdapat di kota-kota Bandung,Gambir,Semarang dan Surabaya. kemudian dibuka bilik percakapan di Bogor, Cirebon, Jember, yogya, Garut, kediri, Malang,Sukabumi, Solo dan Cepu. Sejak tanggal 12 Januari 1931 percakapan telepon radio telah dapat dilakukan langsung baik dari rumah langganan maupun dari kantor telepon dengan bea tambahan sebesar F.2- tiap dua menit.

Selanjutnya sejak tanggal 27 Desember 1929 perhubungan telepon radio diperluas dari Hindia-Belanda ke Jerman,dan pada tahun 1930 percakapan telepon radio dapat dilakukan via Negri Belanda dengan hampir seluruh Negara di Eropa.
 Dengan Australia percakapan dapat dilakukan sejak 23 Desember 1930 yang disusul dengan perhubungan telepon radio dengan Amerika,Siam dan Indo China.
  
Akhirnya direncanakan untuk membangun jaring-jaring perhubungan radio antar pulau.
Dalam perencanaan ini kota-kota pertama yang akan mempunyai  stasion telepon radio ialah : Bandung,Surabaya,Medan,Makasar,Banjarmasin,Bali dan Lombok. 
                                
(sumber:Sejarah telekomunikasi 1980)   


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sado dan Delman Dari Masa ke Masa



Bandung
DELMAN TEMPO DULU

Kereta kuda (delman,sado,andong,bendi.keretek) sekarang telah mulai pudar. Sebagian sudah menjadi " Jimat " (siji-dirumat) atau pusaka di museum. Di Bandung kendaraan berkuda merupakan pemandangan langka. Dari beberapa angka ststistik bisa diketahui,jumlah delman dan keretek di Bandung yang semakin hari semakin berkurang.
Jadi bisa diramalkan,bahwa sebentar lagi delman dan keretek bakal hilang dari Kota Bandung. Mungkin generasi muda mendatang bakal mengenal nama kendaraan itu hanya dari lirik lagu saja seperti  : " Pada hari minggu ku turut ayah ke kota,naik delman istimewa ku duduk dimuka... dst...

Atau lagu " Berbendi-bendi ke Sungai Tanang. Aduhai sayang... dst. tapi apa boleh buat,semua akan berlalu.
Yang penting diingat,kereta berkuda yang hemat energi,tidak mengeluarkan asap penyebab polusi udara dan tai kudanya bisa dibuat pupuk bunga itu,mulai populer di Kota Bandung tatkala rezim Pieter Sitjoff jadi pengelola kota.

Seperti telah diketahui dari uraian cerita di depan, " Vereeninging tot nut van bandoeng en Omstreken " di bawah pimpinan Asisten Residen Priangan Pieter Sitjoff,banyak sekali andilnya dalam membangun,merias dan membenahi bangunan fisik kota. Juga meningkatkan kesejahteraan warga kotanya.



DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Bandung Tempo Dulu Gelak Tawa Anak-Anak Tempo Dulu



 Bandung tempo doeloe
ANAK-ANAK TEMPO DULU
   
Pada masa lalu,aliran Sungai Cikapayang cukup deras.Sering dijadikan tempat rekreasi anak-anak. Sore hari anak-anak belasan tahun datang ketepi sungai Cikapayang,dibelakang Rektorium ITB-Jl.Tamansari,sambil membawa mainan perahu kayu,panjangnya tidak lebih dari 30cm.Ditengah mainan perahu ditancapkan sebatang lilin menyala,lalu perahu mini itu dihanyutkan di Sungai. Timbul-tenggelam dibawa arus Cikapayang menuju Pieter Park (Taman Merdeka).Nyala lilin yang berkedip menembus kegelapan sungai,menerobos bawah jembatan,diikuti oleh gerombolan anak-anak tadi dengan berlari anjing,disertai gelak tertawa gembira. terkadang menjerit kecewa terdengar pula,bila sebuah perahu mininya tenggelam atau terbentur karang.

Sedangkan adik-adik kecil yang belum mampu membuat perahu mininya sendiri,mereka bisa mencari semacam 'kulit buah' dari tanaman Cucurutan(sunda) atau dikenal sebagai 'Sepatu Dua'(Sepatu Dewa),yang berbelah dua seperti perahu dengan ukuran panjang 15-20 cm. Nama latin dari jenis tanaman ini adalah ' Spathodea campanulata (Dr. C. G,g.van Steenis,'Flora',1947).

Dulu sekumpulan pohon itu bisa kita lihat di sebelah utara Pasar Balubur (Jl.Tamansari).Pada tempat itulah adik-adik kecil yang sekarang sudah pada aki-aki dan bapa-bapa,memungut kulit buah yang menyerupai perahu,dan dimuati sepotong puntung rokok,lalu dihanyutkan ke sungai. Itulah  permainan yang asyik dan menarik...asli anak-anak Bandung tempo doeloe. utuk

(Sumber:Wajah Bandoeng Tempo Doeloe.Haryoto Kunto) 
                      

                          
DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Bandung Tempo Dulu Kota Wisata

           

Bandung Tempo Dulu
WISATA TEMPO DULU
  
Beberapa Wajah Kota Bandung tempo doeloe yang telah hilang sebagian atau keseluruhannya dapat dikemukakan antara lain :
te wonen " Bandung adalah sorga permai di atas dunia,oleh sebab itu,sebaiknyalah bermukim disana ".

Berbicara dalam angka,jumlah wisatawan dalam negeri selama tahun 1941 yang berkunjung ke Bandung,dapat diharapkan sebanyak 200.000 turis domestik (Almanak voor Bandoeng -1941). Yang berarti kota Bandung bakal menyedot uang dari sektor pariwisata sebesar 5.000.000 gulden. Belum terhitung dari wisatawan mancanegara, tentu angka recor itu akan lebih besar lagi.

Bisa dibayangkan,200.000 orang wisatawan yang berkunjung ke kota ini,sedangkan penduduk Bandung pada saat itu (1941) hanya 226.877 jiwa. Suatu prestasi yang patut dibanggakan.

Perlu dicatat,bahwa prestasi dalam sektor turisme  di Kota Bandung dulu,dicapai atas usaha dan jerih payah organisasi " Bandoeng Vooruit " yang didirikan oeleh orang-orang Belanda,sebagai kelanjutan dari " Comite tot Behartiging van Bandoeng's belangen ". yaitu suatu badan non pemerintah,bertugas membantu dan mendapingi Gemeente Bandung yang mendapat setatusnya pada tgl.21 Pebruari 1906,dalam mengurus dan memperhatikan kepentingan warga kotanya.

perkumpulan Bandoeng Vooruit,sebagai mana organisasi pendahulunya,banyak sekali berjasa dalam membangun kota menjadi "parijs van Java ".
" Bandoeng Vooruit "lah yang mengusulkan pendirian sekolah H.B.S.Fakultas Hukum (" RH ") yang kemudian didirikan di Batavia,dan Pabrik Gas. Dalam bidang parawisata, perkumpulan itu telah membangun jalan ke kawah Tangkubanparahu,kawah Papandayan, mendirikan Zoologich park(kebun binatang) Cimindi.

Beberapa taman di Kota Bandung adalah hasil karya " Bandoeng Vooruit " - dan masih banyak lagi jasa-upaya perkumpulan itu bagi kesejahteraan penduduk Kota Bandung.

Ditangani oleh tuan M.A.J. Kelling," Bandoeng vooruit " berhasil mempromosikan Kota Bandung sebagai tujuan wisata di wilayah Timur Jauh. orang itu pula yang menata dan meriah-riah Kota Bandung menjadi " Europa In De Tropen " (Eropa di daerah Tropis). Oleh sebab itu tidak mengherankan bila seorang Inggris, wartawan " Straits Time " Singapura(Juli 1937),mengisahkan perjalanan jurnalistiknya ke Kota Bandung:

"The hour I spent on the verandah of Concordia Club at Bandoeng on the morning of my arrival,watching the life of the town go by. was an eye-opening experience. here,for the first time, I found myself among a white community in the tropics which was living a normal life..!"(Pagi hari,sesaat kedatanganku ke Bandung,sambil duduk di beranda Gedung Concordia mengamati roda kehidupan kota,suatu pengalaman bahwa di kota ini,aku berada di tengah-tengah masyarakat kulit-putih di daerah tropis yang memilik kehidupan yang normal).

Nah kalau sekarang timbul ide buat memugar atau mengkonservasi sekelumit " Wajah Eropa" yang masih tersisa di kota ini,maka selayaknya niat tadi mendapatkan sambutan " baik " dari masyarakat Kota Bandung.

Siapa tahu,bangunan-bangunan bersejarah yang sempat dipugar kembali,bisa menggugah kenangan lama nan indah("den Goeden Ouden Tijd") bagi wisatawan pemburu nostalgia.(sumber:Wajah Bandung Tempo Doeloe.Haryoto Kunto).  

DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Biografi Bupati Bandung R.A.A. Wiranata Kusumah


R.A.A. Wiranata Kusumah
BENDERA NEGARA PASUNDAN


Dalam pergerakan Nasional,kiprah Dalem Haji tidak main-main. jabatan-jabatan beliau dalam mempersiapkan kemerdekaan adalah menjadi anggota Badan Penyidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPAKI). Selama menjadi anggota badan-badan tersebut, R.A.A.Wiranatakusumah selalu memberikan usul-usul dan pendapat-pendapatnya dapat diterima menjadi sebuah keputusan.

Selain itu,R.A.A.Wiranatakusumah turut menyusun anggota kabinet RI yang pertama. Dalam kabinet tersebut,beliau mendapat kepercayaan menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri. Tidak lama setelah itu,Pemerintah RI hijrah ke Yogyakarta dan ketika disana R.A.A.Wiranatakusumah dikukuhkan menjadi Ketua Dewan Pertimbangan Agung(DPA).

Ketika menjabat ketua DPA di Yogyakarta,datanglah utusan dari Negara Pasundan yang dipimpin oleh Mr. Djumhana dan meminta R.A.A.Wiranatakusumah menjadi wali Negara Pasundan. Dengan mempertimbangkan dan konsultasi bersama Bung Karno maka beliau pada tahun 1948 menerima kedudukan sebagai Wali Negara Pasundan. 

Dalam pengangkatan dirinya,R.A.A. Wiranatakusumah berkata " Tentu saja saya terima pengangkatan diri atas saya,meskipun dalam prinsip,saya tidak bermufakat dengan maksud untuk memisahkan Jawa-Barat dari Republik,oleh karena saya sadari dari permulaan senantiasa dari Republik. Saya percaya Pemerintah Republik tidak akan memajukan keberatannya lantaran saya,apabila nanti sudah berada di Jawa-Barat,bisa bekerja lebih banyak buat Nusa dan Bangsa,daripada seperti apa yang telah dilakukan di zaman lampau.

Satu tahun setelah penyerahan kedaulatan 27 Desember 1949,satu persatu negara bagian membubarkan diri dan setelah Negara Pasundan bubar,R.A.A.Wiranatakusumah mengajukan pensiun dan menarik diri dari kegiatan politik.

Dalam mengisi masa pensiunya,R.A.A.Wiranatakusumah bersama R.Ema Bratakusumah,Dr.Junjunan Setiakusumah,Setia Senjaya dan Sukanda Bratamanggala sempat membina kegiatan kemasyarakatan kesundaan yang bernama Daya Sunda.

R.A.A.Wiranantakusumah turut pula mensponsori berdirinya Universitas Pajajaran (UNPAD). Dengan segala perencanaan dan segala kegiatannya akhirnya salah satu Universitas terkenal di Tanah Air bahkan sampai ke luar Negeri dapat berdiri kokoh sampai saat ini.

Pada tanggal 22 januari 1965,R.A.A.Wirananatakusumah wafat meninggalkan hasil pemikiran dan karya-karyanya yang bermanfaat sampai sekarang. Beliau adalah sosok nasionalis yang modern tetapi tidak melupakan jati dirinya yang berasal dari Tanah Sunda. Beliau adalah salah seorang negarawan yang nyantri dan merakyat yang selalu turun untuk mendengarkan keluh kesah masyarakat. Dan bagi masyarakat Bandung harus merasa bangga memiliki sosok Dalem Haji ini karena atas prakarsa beliau,Bandung menjadi Ibukota Propinsi Jawa-Barat.

Penerus R.A.A.Wiranatakusumah yang mengikuti jejak karir sebagai Bupati adalah R.Tumenggung Male Wiranatakusumah VI (1948-1956) atau sering disapa Aom Male.

(Sumber:Majalah Sundawani Februari 2011.oleh:Agung Mirza Ismail)


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Ngabuburit Di Bandung Tempo Dulu


MANDI DI CIKAPUNDUNG

Konon ceritanya di bulan puasa,ba’da ashar, orang mulai ramai mandi atau ngabuburit ke Leuwi Pajati.Lubuk dibawah Viaduct itu, airnya jernih dan banyak ikannya. Mereka yang pandai menyelam,kadang berhasil menangkap udang kecil, Deleg, Beunteur,Bogo dan Tawes, untuk lauk buka puasa. 

Ada juga anakmuda yang menyusuri sungai Cikapundung sambil ngurek (mencari belut di lubang tanah kecil di pinggir kali,sawah maupun sungai).Pada dasa warsa pertama di abad ke-20 ini,pihak pengelola Kota Bandung membuat sumur bor.“Sumur Bor” yang disediakan bagi masyarakat kota Bandung dibangun didepan KantorPos Alun-alun, dibelakang Gubernuran (Cicendo),depan kelenteng - Ciroyom dll. Dengan satu sen, orang bisa mendapatkan air bersih untuk minum, masak dan mandi.
Karena pada lokasi sumur bor ada pemandian umumnya, bukan hal yang aneh apabila ba’da ashar pada bulan puasa, banyak penduduk yang mandi di sumur bor dekat Kantor Pos, lalu ngabuburit, duduk-duduk dibawah sepasang pohon beringin di alun-alun Bandung yang diberi nama WILHELMINA dan JULIANA BOOM. Sambil berleha-leha, mereka mengamati anak-anak bermain layang-layang, main bola dan pertunjukan balon gas. 






Dulu ketika di Bandung belum ada ledeng, warga masih suka mandi dan cuci pakaian di sungai Cikapundung; yang airnya masih sejuk, jernih dan bersih. Di masa lalu warga Kota Bandung enggan menggali sumur, karena harus menggali dengan dalam. Penduduk lebih suka memanfaatkan mata air, seperti di sumur Bandung (pojok alun-alun sekitar PLN), mata air Ciguriang (kebon. Kawung), Pancuran Tujuh (Cikendi Hegarmanah), Pamoyanan, Cipedes, Tegallega, dan mata air lainnya sekitar pemukiman penduduk.

 
Main-main di Lapang dan Taman
Selain di alun-alun Kota Bandung jaman baheula memiliki sejumlah lahan terbuka hijau, diantaranya lapang olah raga UNI, SIDOLIG, TEGALLEGA, dan NIAU (Gelora saparua sekarang). Beberapa Voet Ball Club, tanpa mengenal bulan puasa melakukan pertandingan atau latihan di sebelah utara rel kereta api dekat Jl. Rakata sekarang. Warga yang lagi ngububurit dari balik pagar bambu, ngintip menikmati pertandingan bola gratis, sementara anak-anak main layang-layang di lapang Javastraat, sambil nonton lokomotif “Si Gombar” menghela rangkaian Sneltrein (Kereta Api Cepat) Yogya Bandung.



Cara lain ngabuburit orang jaman baheula yaitu dengan beramai-ramai ke Park (taman) seperti Jubileum Park (Tamansari),Insulinde Park (Taman lalu lintas) dan Molukken Park (Taman Maluku).
  
Bagi yang ngububurit di Jubileum Park yang terletak di utara kebun Binatang, menjelang sore berjalan menyusuri kali Cikapayang,yang mengalir dari pintu air di utara pasar Balubur sampai ke Pieters Park (kini taman Merdeka).Orang dewasa menyusuri Cikapayang sambil ngurek mencari belut. Sedangkan anak-anak kecil mengadakan balap kapal-kapalan menggunakan kaleng Sardencis, kelom bekas dan kulit buah Kiangsret (Spathodea) yang berbentuk perahu.Di atas kapal yang melaju diletakkan lilin yang dinyalakan sesaat sebelum adzan Maghrib yang berarti ngububurit harus bubar,memburu tajil,candil,kolek dan kurma di rumah.
Sampai tahun 1950-an, warga kota Bandung masih bisa berlaju- laju di sisa danau Bandung,yaitu Situ Akhsan dan Situ Bunjali atau empang Cipaganti di Bandung Utara.

Di situ tadi orang bisa menyewa perahu Salimar, ngbuburit sampai sore. Tamu hotel Homan dan Preanger menjadikan Situ Aksan dan Situ Bunjali sebagai objek wisata dengan menggunakan kereta Kuda, Delman, atau taksi “Pageol”,maksudnya sedan merk Peugeot.Objek ngabuburit anak-anak di Bandung dari masa-ke masa adalah Stasiun Kereta Api Bandung. Bentuk dan Gumuruh suara lokomotif yang mendengus, menghembuskan uap betul-betul pesona fantastis bagi anak-anak. Seringkali anak-anak yang sedang ngabuburit terlena, ketiduran dalam gerbong. 


NONTON BIOSKOP

Kelangenan Tempo Doeloe
Pusat Utama ngbuburit tempo dulu berkisar sekitar alun-alun, seperti di bioskop Varia,Radio City,Oriental dan Elita,bulan puasa khusus memutar film anak-anak.(dari Ramadhan di priangan - haryoto kunto) Para pengantar,Kindervoostelling mendapat berkah.
 
Antara pengantar bisa terjadi perkenalan, yang dilanjutkan dengan kencan. Anak-anak sibuk memperhatikan film,oom,tanteu serta teteh dan aa juga tak kurang sibuk pacaran. Orang bilang Bandung tempo doeloe banyak kamonesan. Udaranya yang sejuk, nyaman,dan segar, dengan suasana kota yang aman tenteram, membuat warga yang puasa, lupa akan  haus dan dahaga.




DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Gaya Arsitektur Bandung Tempo Dulu



Bandung Tempo Dulu
" GEDUNG MUSEUM GEOLOGI BANDUNG "


Gemeente-werken Bandung dengan dikomandani Ir. F.J.L. Ghijsels membangun 750 bangunan modern untuk ukuran saat-itu, sebagai bagian dari persiapan kepindahan ibukota.Pada tahun 1923, Maestro Arsitek Belanda Hendrik Petrus-Berlage berkunjung ke kota-kota di Hindia Belanda  termasuk Bandung. Ia mengkritik Arsitektur “jiplakan” bangunan-bangunan di Eropa yang mendominasi wajah kota Bandung saat itu. Hal ini memicu diskusi arsitektur baru yang dipelopori C.P. Wolff Schoemaker bersama Maclaine-Point, yang turut berperan dalam pengembangan-arsitektur indo-eropa selanjutnya.Arsitektur yang sangat kental sentuhan barat pada bangunan di Bandung :

* Art Nouveau, salah satu tokohnya adalah PAJ Moojen (1907)
* Art Deco, oleh arsitek generasi berikutnya di tahun 1920-an 1920-1940-an

Pembangunan Kota Bandung mencapai puncaknya, ketika para arsitek Belanda mencoba melakukan inovasi dalam seni bangunan yang berbeda dari apa yang lazim dilakukan di negeri asal mereka yang beriklim subtropis. hal ini berkaitan dengan gerakan arsitektur nasional & internasional, yakni upaya mencari
identitas Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia dengan rujukan Arsitektur tradisional nusantara (Jawa). Pencarian Arsitektur yang responsif terhadap kondisi iklim dan geografis setempat sebagai seni bangunan baru (Arsitektur Indis).Arsitektur Hibrid ini menghasilkan
• Akulturasi budaya barat dan timur di Bandung
• Sebuah rekayasa sempurna ketika bangunan barat yang anggun mencoba tanggap terhadap kondisi lokal
  Tokoh “Indo-Europeesche Architectuur Stijl”
• Ed Cuypers
• H. Maclaine Point
• P.A.J Moojen
Menurut C.P. Wolff Schoemaker, Arsitektur Indo-Eropa
berciri sebagai berikut :
• Sosok bangunan umumnya simetris
• Memiliki ritme vertikal dan horizontal yang relatif sama kuat
• Konstruksi bangunan disesuaikan dengan iklim tropis, terutama pada pengaturan ruang,masuk sinar matahari,dan perlindungan hujan sedangkan untuk bangunan tipe Eropa di Braga, Prof. Dr. Ir. C.P. Wolf Schoemaker Memberikan jalan keluar sebagai berikut untuk merespon iklim tropis:
• Ruang seluas mungkin dengan atap tinggi dan tembok tebal
• Lantai marmer dianjurkan agar tercipta suasana sejuk
• Ventilasi untuk sirkulasi udara dengan jendela warna-warni khas Art Deco.
Bangunan – bangunan kolonial bergaya arsitektur Indo eropa :
• Gedung Sate, J. Gerber (1920-1924)
• Aula Barat ITB, Ir H. Maclaine Point (1920)
kedua bangunan ini dipuji oleh Petrus Berlage saat kunjungannya ke Bandung, karena arsitekturnya
yang merespon budaya & iklim setempat
• Masjid Cipaganti, C.P. Wolff Schoemaker
• Villa Merah ITB, C.P. Wolff Schoemaker
• Rumah-rumah peristirahatan Belanda di Bandung.




DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!