skin kampung indian: Sejarah Kerajaan Pajajaran
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Kerajaan Pajajaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah Kerajaan Pajajaran. Tampilkan semua postingan

Sejarah Prabu Siliwangi Raja PajajaranBagian 3.Tamat



prabu siliwangi
SEJARAH PRABU SILIWANGI RAJA PAJAJARAN



- Bagian pertamanya Disini >> 
- Bagian 2nya DISINI >>

Bila demikian halnya,tokoh Siliwangi yang manakah yang dianggap leluhur oleh para santana di 'Jawa Barat' seperti yang terlihat dalam silsilah berbagai naskah babad? Dalam hal ini ada dua macam ukuran yang dapat kita terapkan.

Pertama,semua penulis babad sepakat bahwa 'Prabu Siliwangi' bertahta dipakuan Pajajaran. Sebelum 'Sri Baduga Maharaja' penguasa Jawa Barat yang bertahta di Pakuan adalah Prabu Citraganda(1303-1311) atau Sang Lumahing Tanjung dalam Carita Parahiyangan. Antara tokoh ini dengan 'Sri Baduga Maharaja' terdapat 6 orang penguasa 'Jawa Barat' yang semuanya berkedudukan di Kawali(artinya:Galuh).

Kedua,di Antara sekian banyak para isteri Siliwangi ada beberapa nama yang selalu tercantum dalam berbagai 'carita' atau 'babad',di antaranya: Ambetkasih, Subanglarang, Rajamantri dan Kentring Manik Mayang Sunda'. Mereka itu justru para istri 'Sri Baduga Maharaja' Kecuali Rajamantri (dari Sumedang) yang nama aslinya 'Ratnasih' ketiga wanita  lainnya adalah cucu 'Wastu Kancana'. Dari 'Mayang sari' (puteri sulung Bunisora),Wastu Kancana mempunyai empat orang putera,yaitu: Ningrat Kancana alias 'Dewa Niskala (ayah Sri Baduga),Ki Gedeng Surawijaya,Ki Gedeng Sindangkasih (ayah Ambetkasih) dan Ki Gedeng Tapa (ayah Subanglarang). Dari Ratna Sarkati (puteri Lampung),Wastu kancana Berputra 'Susuktunggal (ayah Kantring manik Mayang Sunda).  

Dua ukuran itulah yang dapat kita gunakan. Seandainya 'Silihwangi' dari Bujangga Manik itu bukan tokoh 'Sri Baduga, dan seandainya sebutan itu berarti 'pengganti Prabu Wangi',maka hanya tokoh 'Wastu Kancana'yang memiliki peluang dinamai demikian karena ialah putera dan penerus kekuasaan'Prabu Siliwangi'(dalam hal ini,C.M.Pelyte pun telah menduga bahwa'Prabu Siliwangi' adalah tokoh 'Maharaja yang gugur di Bubat,1911).

Penggunaan dua ukuran di atas sebenarnya telah lama diterapkan oleh para peneliti sejarah Jawa Barat. Umpamanya dalam ' Carita Ratu Pakuan' tidak sepatah pun kata 'Siliwangi'. Keyakinan bahwa yang dimaksud dengan 'Ratu Pakuan' itu adalah 'Prabu Siliwangi' justru karena melihat nama isteri-isterinya yang dikisahkan di sana. Begitu pula halnya dengan 'Kitab Waruga Jagat 'dan 'Pacakaki Masalah Karuhun Kabeh' hanya menyebut 'Ratu Sunda'. Namun dari nama isteri atau puteranya yang dikisahkan di sana dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimakdud dengan 'Ratu Sunda' itu adalah 'Prabu Siliwangi'. Demikian pula sesungguhnya dengan naskah-naskah 'Wangsakerta'. Ia mengemukakan bahwa: Ambetkasih, Subanglarang, Rajamantri dan Kentring manik Mayang Sunda itu adalah isteri-isteri 'Sri Baduga Maharaja'yang untuk memuaskan hati para mahakawi Sunda, kadang-kadang ditambahinya dengan komentar'(yang menurut orang Sunda disebut Prabu Siliwangi).

Dengan demikian,lepas dari kemungkinan adanya seorang atau pun dua orang tokoh 'Siliwangi',maka 'prabu Siliwangi' suami keempat orang wanita itulah yang biasa dikisahkan dalam pantun atau babad dan dianggap leluhur oleh para santana di Jawa Barat. Oleh:Saleh Danasasmita.

- Kumpulan Dongeng Bodor Sunda Si Kabayan Klik Nu Ieu >> 
- Kumpulan Dongeng Sunda Si Kabayan Klik Nu Ieu >>

Sumber: Seminar Sejarah dan tradisi Tentang 
Prabu siliwangi.(Bandung 20-24 Maret 1985)


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Carita Pantun Prabu Siliwangi Bagian 6 Tamat



bogor tempo dulu
BERBURU RUSA DI BOGOR TEMPO DULU



Halaman  1 nya klik disini
Kerajaan-kerajaan itu dalam CP biasa dideskripsikan keadaanya misalnya tentang lingkungan alamnya dan kemakmurannya.
Dalam CP itu pula disebut nama-nama tempat seperti:gunung,dan sungai. 
Misalnya Bojong Galuh,Geger Sunten,Cirancamaya, Panyawungan,Parigi Ageung,Gunung Amparan,Gunung Galunggung,Gunung Gumuruh,Gunung Padang,Gunung Pangrango, Gunung Sembung. 
Nama sungai misalnya:Cihaliwung,dengan lubuk sungainya Leuwi Sipatahunan,Cipamali,Cipeucang,Cisadane,Citanduy, Citarum,dan sebagainya.

Putri itu ditemukan sebagai Nyi Ameng Layar,adik Demang Jayamantri,penguasa di negara tersebut(Rabut Pala). Apakah kemiripan bunyi itu membayangkan makna yang lebih jauh,masih harus ditelaah.

Banyak nama yang penting dalam hubungan budaya Sunda yang ditemukan dalam CP. Nama tempat yang disebut itu tidak hanya di lingkungan Tanah Sunda,melainkan juga luarnya, misalnya Bonang,Jenggi Lampung,Tulangbawang,(CP budak Nanyor),Makassar,Tanah  Malayu,Palembang (CP Tanjung Karaton).

Dalam CP tersebut terdapat pula deksripsi,seperti deskripsi yang berisi gambaran keadaan tubuh dan watak pelaku,deskripsi perilaku misalnya,perilaku orang berdandan,berperang,naikkuda,kenduri,marah,ketakutan,deskripsi benda misalnya: 

pakaian,perhiasan,senjata,perahu,layar,dayung,armada laut,beserta pasukannya serta persenjataannya,deskripsi tempat misalnnya letak kerajaan,asal-usul seseorang,tempat yang dilalui dalam perjalanan,dan lainnya (Yus Rusyana 1980). Tergambar pula adat kebiasaan tentang berbagai hal. 

Begitu pula pandangan hidup dan kebijakan yang terdapat kebanyakan CP adalah pengembaraan seorang raja,umumnya keturunan Pajajaran untuk mencari sesuatu,biasanya putri cantik itu bakal isterinya. 

Kedalam pengembaraanya kemudian terlibat satria lain yang kemudian mengabdi kepadanya,menjadi saudaranya karena perkawinan. Bolehlah dikata secara umum peristiwa itu adalah peristiwa pemekaran dan penyatuan kerajaan-kerajaan dalam suatu ikatan persaudaraan. Terjadilah hubungan antara tedak Pakuan turunan Pakuan dengan penguasa setempat,dan itu merupakan unsur pengembang dan pemersatu antara kerajaan-kerajaan yang dikisahkan dalam CP. TAMAT
Dongeng Sunda Si Kabayan Ngala Lauk klik yang BERIKUT >>

Sumber:Seminar Sejarah dan Tradisi Tentang Prabu Siliwangi
Bandung 20-24 Maret 1985 
- oleh:Yus Rusmana -


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Carita Pantun Prabu Siliwangi Bagian 5



Priangan tempo dulu
WARUNG DI PRIANGAN TEMPO DULU


Sejarah Carita Pantun Prabu Siliwangi Bagian 5
Nyi Aci Wangi untuk sekedar contoh nama putri yang cantik-cantik dengan nama yang indah-indah. Kita sebutkan beberapa :
Tanjung Agung Purba Kembang Beuti Manik Pamelaran. Raja Nusa Bali Sumur Agung dan Aci Wangi,isteri Ratu Sungging Gilang Mantri raja di Kuta Tandingan.
Tanjung Agung Purba Kembang Beuti Manik Pamelaran,isteri Prabu Giri minta Sarasakti,raja Junjang Malaka.
Cintawati dan andon kancana,isteri Raden Gantangan Wangi,raja di Gunung Teku Kuta Emas.

Kejaksaan Sari Budaya,Saranah Wayang,Saranah Kembang,Nyi Andang Tapa adalah isteri aliman Senjaya Guru Dewata,Raja Nagara Gansel Wanyan.
Yang disebutkan itu hanya beberapa isteri saja,padahal setiap orang raja itu banyak sekali isterinya. tentulah kita mengenal nama Dewi Asri Cintawati,Isteri Mundinglaya Dikusumah,tetapi kemudian banyak sekali putri yang datang berbakti dan diperisteri oleh Mundinglaya. Seperti Giwang karang,Timbang Inten:Aci Bangbang Ratu kembangan. Purba kembang dan lain-lain. Dalam CP memanglah pula para putri itu tidak bersifat pasif,dan menjadi penggerak cerita.

Dalam CP tersebut pula banyak sekali nama negara. Tentulah nama negara yang paling termashur dan paling berwibawa di lingkungan kerajaan-kerajaan lain dalam CP adalah Pakuan Pajajaran.Disamping Pajajaran dikenal negara 'Galuh Pakuan' dan'Pasir Batang.
Selain itu tersebutlah kerajaan-kerajaan yang diperintah oleh keturunan raja Pajajaran,baik karena pernikahan maupun karena raja setempat mengabdikan diri dengan sukarela atau setelah telebih dahulu dikalahkan dalam peperangan. 

Kita kemukakan beberapa contoh Bitung Wulung Emas Beureum Ujung Pulo,Dayeuh Manggung Pasangsarahan,Wetan;Haur doni,Kuta Mangruyung,Kuta Pundak,Kua Tambaga.Kuta Tandingan,Nusa Bali,Rambut Pala dan bayak lagi. Nama yang pernah dikunjungi 'Bujangga Manik' seorang pangeran Pajajaran adalah nagara Rabut Palah. Tempat tersebut teridentifikasikan sebagai kompleks 'Candi Penataran' di kaki gunung Kelud sebelah selatan,di Jawa timur (Noorduyn,1982). Dalam CP deudeug Pati Jaya Perang,disebutkan bahwa raden Begawat Imeng Sojaya,anak Prabu pergi ke Timur untuk mencari putri yang diimpikannya. 
Bersambung ke halaman BERIKUT >>




DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Carita Pantun Prabu Siliwangi Bagian 4



priangan tempo dulu
SUASANA DI SEBUAH PENYEBRANGAN

CP(Cerita Pantun),sebagai cerita yang sudah merupakan tradisi,mengandung berbagai hal yang berharga,yang diawetkan melalui bentuk tuturan. Walaupun berbentuk lisan,dan karena itu perubahan mungkin lebih mudah terjadi,akan tetapi ternyata tuturan itu mempunyai pula kekokohan,diikat oleh bentuk formal,disamping oleh kesetiaaan juru pantun kepada apa yang diterima dari gurunya. Sehingga CP tidaklah berubah sembarangan. Tukang Pantun telah menghafal ikatan-ikatan itu termasuk hal-hal yang ada kalanya tidak di fahaminya. oleh karena itu dalam CP tersimpan survive masa lalu. Dalam CP kita temukan hal-hal yang tetap misalnya nama orang,tempat,dan benda,walaupun terdapat beberapa variasi. jika demikian,jelasah bahwa tali paranti atau konvensi CP dan andaikan pun Juru Pantun,sebagai seniman melakukan kreativitas,hal itu dilakukan dalam tali paranti itu.

Apa yang diungkapkan dalam CP ditentukan juga oleh dari mana kita bertolak dan untuk apa. Pada pembicaraan sekarang akan dicoba dikemukakan beberapa hal,yaitu berupa nama makhluk kayangan,nama raja,nama puteri,nama negara dan nama tempat.

Tempat mulia yang berada jauh diatas 'Buana Pancatengah'dalam CP disebut Kahyangan atau Kahiangan Sawarga Loka Manggung. Terdapat beberapa pelaku cerita yang dapat berkunjung kesana. Misalnya 'Mundinglaya Dikusuma','Lutung Kasarung',dan 'Budak manor' (yang dua terakhir memang berasal dari sana).

Dalam rajah biasa diseru nama para dewata,seperti nama 'Batara Guru',sang batara atau Guru Hiang Bayu,Batara Bacuk,Batara Naga Raja,Batara Naga Sugih,Batara Surya dan Batara Wisnu,di samping itu kita ktemukan pula nama 'Sanghyang Manikmaya,Giwang Pramesti,Hyang Wisesa,Hyang Wenag,Sang Rumuhun,terdapat juga Sunan Ambu dan para Pohaci,antara lain Pohaci Wirunagay,Pohaci Nagagana,Pohaci Nagaggini,Pohaci Langlangbuana, Pohaci Pangayubumi,Pohaci Rincik Bumi,Pohaci Windurarang,begitu pula para bujangga,seperti Bujangga Seda,Bujangga Sakti dan Bujangga Manik.

Dalam CP tersebut nama-nama raja seperti Sang Prabu Ratu galuh,Sang Prabu Permana Dikusumah,Ciung Menara Aria Rangga Sunten,Rahyang Bangga atau Haruang Bangga,Lutung Kasarung atau Guruminda Patanjala,Sang Batara Susuk Tunggal,Prabu Anggalarang,Prabu Tajimalela,Prabu Siliwangi,dan sebagainya. Begitu banyak raja-raja yang memerintah di berbagai daerah ,terutama merupakan keturunan raja Pajajaran. Demikian pula nama-nama bangsawan kerajaan dengan jabatan seperti patih,jaksa dan pamuk.

Tersebut nama Prameswari dan isteri-isteri lainnya,begitu banyaknya mengingat setiap orang raja melakukan pernikahan dengan putri dari berbagai negara. para satria yang sedang mengembara dikatakan mereka sedang mencari yang beradik cantik dan yang berkakak perkasa,adiknya untuk dijadikan isteri dan kakanya untuk dijadikan hulubalang,Isteri Ratu Galuh Dewi Pangrenyep dan Dewi Naganingrum,yang kita kenal dalam CP Ciung Wanara.

Isteri Prabu Siliwangi,disebutkan jumlahnya 151 orang,di antaranya adalh Rajamantri,Padhawati atau Padmawati,kentring manik Mayang Sunda,yang kita kenal dalam CP Mundinglaya Dikusumah.
Bersambung ke halaman BERIKUT >>

DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah | Carita Pantun Prabu Siliwangi Bagian 3



banten tempo dulu
MAX HAVELAAR SAAT BERPIDATO DI BANTEN

Khasanah Cp (Carita Pantun) cukup besar. Setiap CP itu sendiri adalah cerita yang panjang dan bernilai sastra. Disamping mengandung survival dari lingkungan kehidupan masa lalu. Sampai sekarang ini belum diketahui berapa banyaknya CP itu.,tetapi dari apa yang tercatat,jumlahnya lebig dari 75 buah. Pastilah banyak CP juga CP yang sudah punah karena tidak diceritakan lagi oleh 'KI Juru Pantun'. Berkurangnya kesempatan mantun,akibat masyarakat semakin kurang berminant menanggap pantun,Pada masa sekarang juru pantun umumnya berusia lanjut sedangkan pangkaderan boleh dikat tidak ada.

Di antara CP yang sempat tercatat,adalah CP yang berkenaan dengan 'Siliwangi ?'. Dalam 'Sanghyang Siksa Kanda ng Kareasian ' memanglah ada disebut judul CP 'Siliwangi',seperti dikemukakan oleh /dalam naskah itu: Hayang nyaho di pantun : Langgalarang,banyak Catra,Siliwangi,Haturwangi;prepantun tanya(bila ingin tahu tentang pantun 'Langgalarang, Banyakcatra, Siliwangi,Haturwangi,tanyalah juru pantun). 

Sungguh menimbulkan penasaran,bagaimana isi CP Siliwangi tersebut. Rasa penasaran itu tidak terpuaskan,sebab CP yang judulnya demikian selama ini tidaklah ditemukan dibawakan oleh juru pantun. Sedikit terobati, pada waktu juru Pantun Usup dari Cariu,Bogor,membawakan CP Siliwangi (direkam oleh proyek Sundanologi,Maret 1985). Apakah isinya sama dengan CP yang terdapat dalam naskah itu,belumlah jelas dan belumlah dapat kita pastikan. Pada sebagian CP yang telah dicatat. Prabu Siliwangi tidaklah dikisahkan sejak masa kecilnya sampai kepada kewafatannya.

Yang kita temukan adalah setelah naik tahta,sehingga dalam cerita sudah tidak lagi berperan sebagai satria aktif di lapangan,melainkan sebagai tempat mengabdi,yang memberikan perintah dan keputusan. Peranan dilapangan ada anak-anakny,atau malah pada keturunan-keturunannya kemudian.
Dalam makalah ini akan dicoba mengemukakan hal-hal yang tergambar dalam CP,bagaimana Prabu Siliwangi sebagai pelaku cerita dilukiskan,dan apa amanat yang terkandung dalam CP.
Bersambung ke halaman BERIKUT >>


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Carita Pantun Prabu Siliwangi
Bagian 2

 
banten tempo dulu
SEBUAH KELUARGA DI BANTEN TEMPO DULU

Cerita Pantun merupakan cerita rakyat,sebagai bagian dari folklore.
Sebagai folklore,CP itu hidup secara lisan sudah merupakan tradisi yaitu merupakan suatu cerita yang sudah lama hidup dalam masyarakat Sunda. Dalam kehidupan rakyat komponen penutur penting kedudukannya,sebab ialah pendukung aktifnya. 

Juru Pantun di samping pembawa cerita dan penabuh kecapi untuk mengiringi penceritaan adalah juga pelaksana upacara berupa pembawaan rajah (sejenis mantra),pembakaran kemenyan,dan penyuguh sesajen,yang mengawali pagelaran CP. Tentang juru pantun ada disebutkan dalam Cp 'Lutung Kasarung' pada waktu melukiskan perjalanan 'Lutung Kasarung'ke Kahyangan, sebagai berikut :

            " Cunduk kana cinta lagu
              patapan juru pantun
              lamun estu pangmantunna
              jadi kasugihannana "

Terjemahannya :

          "  Sampailah ke cinta lagu
             pertapaan juru pantun
             jika sungguh pemantunnya
             jadi pemantun sang ratu
             Jadilah kemakmuran "

'Pangmantun sang ratu' dapat berarti yang mengisahkan 'sang ratu' dapat pula berarti 'juru pantun sang ratu',mungkin dapat dianggap mengisyaratkan adanya tukang pantun di keraton pada masa lalu. Akan tetapi pada saaat sekarang,tukang pantun justru terdapat dikampung-kampung dalam masyrakat pedesaan,dan masyarakat itu pula lah yang menjadi pendukung utamanya.

Menurut jenis karangannya,CP adalah kisahan,dalam hal ini kisahan rekaan. Itu secara keseluruhan, di dalamnya terkandung juga deskripsi dan dialog. Deskripsi merupakan bagian yang paling sering digunakan dan jika di jumlahkan mungkin paling panjang.

Dalam kisahan ini diceritakan para pelaku,umumnya manusia dari lingkungan keraton keraton Pajajaran atau lainnya,dan disamping itu juga pelaku yang berupa makhluk kayangan,raksasa,dan binatang .

Latar cerita adalah dunia manusia,yang dalam CP disebut 'Buana Pancatengah'(?),yang dihubungkan dengan dunia atas yang disebut Kahyangan.Peristiwa yang terjadi umumnya adalah peristiwa manusia di 'Buana Pancatengah',yang ada pula hubungannya dengan peristiwa kahyangan. Bersambung ke bagian 3 BACA BERIKUTNYA >>


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Carita Pantun Prabu Siliwangi Bagian 1



Prabu Siliwangi


Carita pantun(CP).
Dalam 'sastra lisan Sunda' terdapat sekelompok cerita biasa dituturkan oleh juru pantun pada pagelaran khusus yang disebut 'mantun',yang waktunya semalam suntuk. Cerita demikian itu disebut 'Carita Pantun'(selanjutnya disingkat CP). Umumnya,cerita tersebut mengisahkan raja-raja Pajajaran atau keturunannya. Terdapat juga cerita yang isinya diluar itu,tetapi tidak banyak. Begitu pula terdapat CP yang dalam bentuk naskah. 

Contoh CP yang bukan mengisahkan pelaku dari lingkungan kerajaan Pajajaran serta dalam bentuk tulis adalah 'Pantun Ramayana',naskah  dari abad ke16 (Norduyn,1971).
'Carita Pantun' termasuk kelompok cerita yang sudah ada sejak lama. Dalam naskah Sunda lama yang ditulis pada 1518 yaitu 'Sanghyang Kanda ng Siksa Karesian (Suhamir,1961,Atja dan Sasmita,1981) sudah disebut-sebut adanya Cp,dan kiranya pada masa itu CP sudah merupakan tradisi,mengingat sudah merupakan suatu bentuk pendidikan informal yang disebut 'guru panggung'.

Jadi,jika demikian pada masa itu pun CP sudah berusia lama,dan sudah berfungsi di masyarakatnya. Hasan Mustafa mengemukakan bahwa CP adalah bentuk seni yang 'asli Sunda' (1913). Bersambung ke bagian 2 BACA BERIKUTNYA >>
Dongeng Sunda Si Kabayan ka Puskesmas kilik yang BERIKUT >>


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!