PEMANCAR RADIO CILILIN TEMPO DOELOE |
Sejarah Telekomunikasi di Bandung
Pada tahun 1924 dan 1925 diadakan percobaan perhubungan telepon radio antara Surabaya dan makasar. Meskipun kadang-kadang diperoleh komunikasi yang baik,(bahkan antara Gambir-Bandung dengan Makasar) kenyataanya menunjukan bahwa gelombang panjang amat dipengaruhi oleh gangguan udara dan faktor-faktor lain sehingga perhubungan telepon yang didasarkan kepada basis komersial tidak dapat ditempuh. Hasilnya suatu angket kepada firma-firma dagang yang berkepentingan membenarkan bahwa pelaksanaan telepon radio tidak memenuhi hal yang diharapkan.
Stasion di Makasar lalu dirombak dan diperuntukan bagi siaran radio Pemerintah.
Ketika pada bulan Maret 1927 pemancar firma " Phillips di Eindhoven " terdengar di Hindia-Belanda(Nusantara),timbullah hasrat untuk memberi jawaban. Terbayanglah gambaran dimasa depan akan adanya perhubungan telepon radio antara Hindia-Belanda dengan Negeri Belanda. Di bawah pimpinan Dr.de Groot,suatu pemancar telefoni dibangun dengan cepat. Seluruh instalasi percobaan itu dapat didirikan dalam waktu 3 minggu. Setelah akhir bulan Mei pemancar tersebut dapat didengar di Negeri Belanda,maka pada tanggal 3 Juni 1927 percakapan pertama melalui pemancar Phillips tempoe doeloe dapat dilangsungkan.
Pada bulan Desember 1927 dapat dipersiapkan suatu pemancar telefoni kristal yang dibuat di labolaturium Dinas Radio di Bandung tempo doeloe. pemancar tersebut segera terkenal di dunia radio. Antara tahun-tahun 1928-1929 perhubungan telepon radio dengan Belanda sangat menarik perhatian publik. Percobaan-percobaan percakapan dengan mempergunakan pemancar dan penerima dimanfaakan pula untuk mendemontrasikan perhubungan telepon radio ini kepada orang-orang terkemuka dan organisasi-organisasi resmi yang ada. Secara begini publik dipersiapkan untuk mempergunakan kemudahan yang terdapat pada perhubungan radio antara Hindia-Belanda dengan Negri Belanda.
Selanjutnya diusahakan untuk dapat berhubungan dengan negara-negara lain melalui telepon radio. Pada tanggal 7 Januari 1929 dibukalah secara resmi perhubungan telepon radio antara Hindia-Belanda dengan Belanda. Baik di Negeri Belanda maupun di Hindia-Belanda,percakapan harus dilakukan disebuah bilik kecil yang berkawat empat (vierdraadsspreekcellen).
Kesempatan untuk melakukan percakapan telepon radio di Indonesia hanya terdapat di kota-kota Bandung,Gambir,Semarang dan Surabaya. kemudian dibuka bilik percakapan di Bogor, Cirebon, Jember, yogya, Garut, kediri, Malang,Sukabumi, Solo dan Cepu. Sejak tanggal 12 Januari 1931 percakapan telepon radio telah dapat dilakukan langsung baik dari rumah langganan maupun dari kantor telepon dengan bea tambahan sebesar F.2- tiap dua menit.
Selanjutnya sejak tanggal 27 Desember 1929 perhubungan telepon radio diperluas dari Hindia-Belanda ke Jerman,dan pada tahun 1930 percakapan telepon radio dapat dilakukan via Negri Belanda dengan hampir seluruh Negara di Eropa.
Dengan Australia percakapan dapat dilakukan
sejak 23 Desember 1930 yang disusul dengan perhubungan telepon radio dengan
Amerika,Siam dan Indo China.
Akhirnya direncanakan untuk membangun jaring-jaring perhubungan radio antar pulau.
Dalam perencanaan ini kota-kota
pertama yang akan mempunyai stasion
telepon radio ialah : Bandung,Surabaya,Medan,Makasar,Banjarmasin,Bali dan
Lombok.
(sumber:Sejarah telekomunikasi 1980)