Batik,seni maupun cara pembuatannya sudah
dikenal sejak jaman dahulu di Indonesia. Tetapi apakah dengan demikian bisa
kita sebut bahwa di Indonesia-lah batik itu berasal. Hal ini banyak menimbulkan
perdebatan. Ada beberapa pihak menyetujui pendapat itu,tetapi ada juga yang
tidak menyetujuinya. Masing-masing mereka alasan yang kuat,dan alasan-alasan
itu tidak bisa menumbangkan alasan lainnya.
Yang tidak setuju dengan pendapat di atas mengatakan batik tidak berasal dari Indonesia. Dibawa nenek moyang yang ketika melakukan perpindahan penduduk,atau juga diperkenalkan kepada nenek moyang kita oleh kaum pendatang. Batik sebenarnya berasal dari Mesir dan Persia. Itulah sebabnya cara pembuatan dan penghiasan batik tidak hanya dikenal di Indonesia,batik juga ada di Thailand,India dan Malaysia.
Sedang pihak yang mengatakan bahwa batik di Indonesia adalah suatu bentuk kesenian yang berdiri sendiri,batik Indonesia tidak ada hubungannya dengan batik yang berkembang di negara asing. Batik Indonesia berasal dari Indonesia. Pendapat ini mempunyai alasan lain. Cara pembuatan maupun corak-coraknya dan hiasannya yang ada pada batik Indonesia tidaklah mempunyai kemiripan dengan pembuatan batik asing.
Alat yang dipakai membuat batik dinamakan 'canting'. Dan canting ini tidak terdapat dinegara lain. Terlebih-lebih pola hiasannya. Pola hiasan batik Indonesia benar-benar mencermirkan cipta,rasa dan karsa bangsa Indonesia. Kalau pola itu berbentuk hiasan,maka hiasan itu juga hiasan yang terdapat di Indonesia. Hiasan yang terdapat di hulu keris,di tempat minum,di bejana tanah liat,dan bentuk bangunan Indonesia. Hiasan itu terdapat di segala bentuk dan hasil kehidupan kita sehari-hari. Kalau hiasan itu berujud binatang atau tumbuh-tumbuhan itu terdapat di alam Indonesia,bukan binatang asing. Kalau hiasan itu pergambaran dari sebuah dongeng,maka dongeng itu itu cerita rakyat yang bisa kita dengarkan tiap-hari.
Lepas dari kedua pendapat di atas tersebut di atas,memang sesungguhnya batik mempunyai latar belakang yang kuat dengan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala bentuk kebudayaan dan kehidupannya sehari-hari. Hubungan batik dan segala bentuk ragam pola-polanya bisa kita temukan dalam ukiran sebuah keris,ukiran tanga atau kursi,atau bahkan dengan tiang rumah.
Bentuk hiasan dalam wayang kulit yang terdapat di Jawa dan Bali,bukan lagi bentuk hiasan yang baru dalam batik. Kedua hal di atas itu cukup sebagai bukti yang kuat bahwa bentuk seni batik tak bisa dipisahkan dengan bentuk seni rupa yang berkembang di negara kita.
Nama kerajaan Tarumanegara yang pernah berdiri pada abad ke V,tidak secara kebetulan mempunyai persamaan dengan bahan atau nama buah yang dipakai sebagai bahan pewarna batik,yaitu buah tarum atau nila. Juga pohon mengkudu yang biasa dipakai bahan pewarna coklat tidaklah dikenal di negeri lain,lebih-lebih dikenal sebagai pohon penghasil bahan pewarnaan batik.
Dengan melihat ini semua,maka apakah batik merupakan kesenian yang berasal dari luar atau dalam negeri kita bukanlah merupakan persoalan lagi. Karena kita telah bisa melihatnya,betapa erat hubungan yang ada antara batik dan kehidupan kebudayaan kita dari masa kemasa lainnya.
Pada awal mulanya,tentu saja pembuatan batik tidak sesukar dan selengkap jaman sekarang. Alat maupun cara pembuatannya mengalami perkembangan. Kemajuan dalam bidang tersebut di atas sejajar dengan kemajuan di bidang pola hiasnya.
Sebelum mempergunakan lilin,maka diduga orang telah mempergunakan bahan lain yang mempunyai kesamaan sifat dan kegunaan lilin batik sebagai bahan penutup. Ini terbukti bahwa di Jawa Barat terdapat corak kain yang disebut degan nama kain simbut. Cara pembuatan kain ini tak banyak berbeda dengan pembuatan kain batik,tetapi mereka memakai bubur beras ketan sebagai penganti lilin. Mungkin juga nenek moyang kita dahulu memakai sebangsa getah yang diambil dari sejenis pohon tertentu untuk penutup,dugaan ini diperkuat dengan adanya pemakaian getah pinus dalam pengolahan lilin batik di jaman sekarang.
Pembuatan batik maupun pola hiasnya berkembang sejajar dengan perkembangan kebudayaan kita. Penggunaan lilin sebagai bahan penutup memberikan peluang besar yang luar biasa pada bentuk batik itu sendiri di kemudian hari,karena lilin mempunyai sifat-sifat tertentu yang bisa diatur dan diolah sedemikian rupa,sehinggha bisa menampilkan bermacam cara.
Keberaneka ramagaman pola hias dalam batik tidaklah bisa kita pisahkan dengan hubungan timbal-balik yang ada pada kehidupan kebudayaan kita maupun kebudayaan lain yang sedikit banyak berpengaruh (pada kebudayaan kita).
Misalnya hubungan kita dengan raja-raja
Tiongkok dan Kerajaan lain di benua Asia di Abad XII memberi kita keragaman
baru dalam menghias dan membuat sesuatu,demikian juga dalam pembuatan dan pola
hias batik.
Gambar kembang,binatang naga yang ada pada
guci-guci poselen buatan Tiongkok itu sering kita jumpai dalam batik.
Di jaman Belanda kita mengenal batik yang disebut dengan gaya 'Van Zuylen',karena memang orang yang bernama 'Van Zuylen'lah yang pertama memperkenalkan batik ini kepada masyarakat Belanda pada waktu itu. Pengaruh agama Islam juga tak bisa kita kesampingkan dalam hal ini,larangan-larangan untuk tidak mencamtumkan mahkluk-mahkluk berjiwa dalam bentuk gambar,mempengaruhi berkembangnya seni hias yang mengutamakan penggambaran pohon dan bunga.
Pengaruh seorang pengusaha Cina yang membuat batik di pesisir utara Jawa Tengah,masih terasa pengaruhnya di jaman sekarang. Sampai saat ini kita mengenal batik yang disebut dengan nama jenis 'Lok-Can'.
Pada jaman Jepang kita mengenal apa yang
disebut dengan nama batik Jawa Baru atau batik Jawa Hookokai.
Dan yang terakhir,di jaman sekarang ini,karena pengaruh-pengaruh seni rupa Indonesia,kita mengenal pola dan corak hias daerah yang sebelumnya tidak kita kenal dalam batik. Corak Toraja,corak Batak,corak Timor dan seribu satu macam corak yang ada di seluruh kepulauan Indonesia ikut memeriahkan corak batik dengan gaya-gaya mereka sendiri.