skin kampung indian: Sejarah Perkembangan Musik di Indonesia part.1

Sejarah Perkembangan Musik di Indonesia part.1




buku lama
Sumber artikel:Almanak Seni 1957
Boleh dikatakan bahwa musik Indonesia dimulai dengan lagu2 keroncong,dengan pernyataannya yang baru,milieu yang berlainan dengan musik asli,apa yang disebut musik daerah. Disini telah dipergunakan bahasa Indonesia dengan susunan nada dan alat-alat yang tak dikenal sebelumnya. irama2 yang bebas telah berpindah keirama tiga perempat.

Kalau kita bisa mempercayai sejarahnya,mak lagu2 itu mula2 dibawakan oleh orang2 Portugis yang datang menjajah kepulauan kita pada kira permulaan abad ke-17,jadi sebelum kedatangan orang-orang Belanda. Sebagai rangkaian dari pada bukti-buktinya dikemukakan perkampungan orang-orang portugis didekat Tanjung Priuk,dimana mula2 orang mendengarkan orang2 Portugis menyanyikan lagu-lagu " keroncong "nya. Seperti biasanya orang2 Indonesia yang tinggal disekitarnya yang tertarik pada lagu-lagu itu dan bercampur-gaul dengan kaum pendatang mulai turut main dan menyanyi dan lama kelamaan mereka sendiri terbiasa dengan meminkan dan menyanyikan lagu2 tersebut. Ada yang mengemukakan bahwa kata keroncong itu berasal dari bunyi " crong crong " ialah ialah bunyi iringan ukulele pada permainannya.
  
Tapi betapapun juga kita harus melihat kenyataannya bahwa lagu2 keroncong kini sudah merata diseluruh Indonesia,sudah " ingeburgerd " pada masyarakat Indonesia.
Pada mulanya lagu keroncong lama mempunyai sifat-sifat untuk dimasukkan dalam jenis-jenis lagu2 rakyat (volksliederen), umpamanya Keroncong Kemayoran dan Keroncong terang Bualn. Lagu-lagu ini masih segar spontan,lagunya pende2 tidak bertele-tele. Kalau ada beberapa syairnya,maka semua melodi sama. Alat pengiringnya hanya sebuah ukulele dan kemudian gitar. Betapa spontan lagu-lagu keroncong lama nin,kalau kita dengarkan penyanyi yang melagukannya,dengan hati terbuka dan sungguh-sungguh menikmati atau hidup dalam nyanyiaannya.

Seperti selamanya ada bahaya " mempasarkan " lagu2 rakyat seperti terjadi juga terhadap lagu2 keroncong lama. Orang makin banyak menulis lagu2 keroncong,tapi biasanya hanya mengambil pokok romantik dangkal.iramanya tak segar lagi,tapi telah terikat terpaut pada mat tiga perempat yang membosankan. Pada lagu2 romantis yang dangkal ini menjadi soal adalah " Sapu tangan yang harum baunya ", " Terkenang-kenang di hati " , "Dibawah sinar bulan purnama ", yang demikian bertele-tele dan lambannya,semua isi yang dipaksakan dan bersifat sleur. Pernyataan jiwa lainnya seperti kegembiraan tak terdapat dan kalau ada kata-katanya yang hendak menyatakan demikian maka iramanya bersedih-sedih,hal yang tak sejalan pada lagu rakyat tulen.

Ada yang mengemukakan,bahwa sebabnya lagu2 keroncong jatuh pada jiwa lamban ialah karena pengaruh penjajahan,dimana jiwa orang Indonesia terutama kaum bawah terktekan,sehingga tak bisa bergembira. Dikatakan bahwa orang yang hidup dengan sebenggol (harga uang tempo doeloe)tidak dapat membawakan irama bebas dalam lagunya. Dan kalau kita tilik selama penjajahan hanya demikian hasil dari pada lagu2 keroncong.

Kecuali itu timbul pula lagu anak-anak seperti yang telah ditulis oleh madong Lubis. Disini milieu lagu-lagu inipun adalah typis dari jaman penjajahan,isinya kecuali tidak spontan sering orientasinya tidak dilingkungan sendiri,lingkungan Indonesia.
 kemajuan bangsa Indonesia dalam cita-citanya untuk mencapai kemerdekaan mempengaruhi dunia musiknya pula.  

Padatahun-tahun dekat kemerdekaan muncul pengarang lagu " ibu Sud " atau nyonya " Bintang Sudibyo,yang terkenal karena kumpulan lagu anak-anaknya bernama " ketilang '. Disini sudah terdapat lagu-lagu yang sungguh bisa digolongkan dalam lagu-lagu rakyat. Pun penulisannya cakap untuk mengambil bahan untuk lagu-lagunya yang biasanya berkisar pada pada milieu anak-anak itu sendiri. banyak pula yang bersifat mendidik. banyak lagu anak-anak yang muncul kemudian dan yang makin banyak dizaman kemerdekaan tak dapat menyamai mutu dari pada lagu2 ibu Sud.

Ada pula lagu rakyat yang tak dapat dilupakan dalam pertumbuhan musik Indonesia,ialah lagu rakyat Indonesia Raya yang telah diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman. Segala kesalahan typis yang terdapat pada disi. Melodi lagu ini ada yang sampai setengah oktaf tingginya,sehingga ada orang yang susah menyanyikannya. Kalimat2 banyak yang tidak sesuai deangan jalannya melodi dan ada kalimat2 yang sebetulnya tidak tepat mengenai maksudnya. Dizaman Jepang  telah dicoba memperbaiki lagu ini.

Zaman kemerdekaan memberikan banyak kesempatan pada penulis2 musik Indonesia untuk berkembang juga bagi penulis2 lagu2 keroncong. lagu-lagu langgam yang sudah dimulai dekat2 kemerdekaan mendapat jalannya yang subur setelah penyerahan kedaulatan. kesempatan dan pertumbuhan ini mencapai puncaknya pada " Syiful Bahri "  dan " Iskandar " umpamanya dari R.R.I. Jakarta kemajuan2 ini tidak bisa dilepaskan daripada genre yang dibawakan oleh penulis musik Belanda seperti " Jos Cleber " mempunyai orkes besar yang ketika  itu bernama Orkes Cosmopolitan. Sesudah perginya penulis2 musik belanda ini,peranan berpindah pada pemuka2 keroncong di R.R.I. jakarta seperti " Syaiful Bahri " diatas yang kemudian mendapat pimpinan atas Orkes Studio Jakarta dengan anggota yang daripada 50 orang,yang dicontoh Orker Jos Cleber.

Mulai syaiful Bahri,Iskandar dan ismail Marzuki menulis aransemen2 untuk O.S.D.,juga dari lagu2 keroncong. tapi sebetulnya kemajuan kemajuan disini bukanlah kemajuan dalam arti yang baik. berbedea dengan " Jos Cleber " yang mampu bekerja dengan orkes besar,maka tak demikian dengan " Syaiful Bahri ". kemajuan mereka tidak banyak,karena ilmu musik untuk mencipta, mengaransir dan memimpin orkes besar rata-rata tidak dipunyai oleh musikus kita. Dapat dikatakan bahwa orkes-orkes besar maasih jalan buntu bagi kita. Salah satu sebab yang menjadi biangkeladinya ialah karena tidak adanya bimbingan yang baik dari R.R.I. terhadap para musikusnya. lagu-lagu keroncong yang jatuh nilainya dizaman penjajahan makin jatuh dizaman kemerdekaan.Akhirnya menjadi suatu karikatur musik,dimana segala hukum-hukum musik telah ditinggalkan.    


                                                        Sumber:Almanak Seni 1957



DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!