skin kampung indian: Biografi Ida Gasper Penyanyi Kroncong Tempo Dulu

Biografi Ida Gasper
Penyanyi Kroncong Tempo Dulu



                 

Keroncong
IDA GASPER
                           
Pada tahun 60'an pirsawan TVRI pernah beberapakali disuguhkan keroncong orang tua' yang menyanyi antara lain Tan Tjeng Bok,Annie Landouw,dan pasangan kakek-nenek: Tong Wie dan Ida. Rata-rata menyanyi dengan suara " banter " sejak jaman dahulu memang tidak ada microphone. Tapi orang yang mengalami jaman emas mereka lantas ingat kembali " masa tempo doeloe " yang penuh kenang-kenangan. Tapi kemudian semuanya lenyap. Tinggal Tan Tjeng Bok yang sesekali masih terdengar.
Ditempat perawatan orang-orang tua (panti-jompo) GBIB dikompleks gereja PNIEL,Jl.Gereja Ayam.Jakarta,ada ruang tempat merawat orang tua yang sakit. Diantara pasien yang terdiri dari kakek yang ompong dan keriput,pikun dan loyo,terbaring pula nenek berumur 70 ,bernama 'Ida Gaspers'.

Siapakah Ida Gaspers itu ? kalau orang memandang wajahnya yang tua tapi sinar matanya masih cemerlang,giginya yang sudah habis dimakan umur tapi nada bicaranya sebagai penyanyi,pasti orang segera mengenalnya. Ia tidak lain adalah Ida Gaspers : penyanyi keroncong tahun 1930'an.

Tahun 30'an Ida pernah terkenal dikalangan " Play boy" jaman itu. Ia salah seorang penyanyi yang disejajarkan dengan Siti Hamzah,Annie Landouw,Jim tjilatjap,Netty Herlaut dll. Dengan bangga ia menceritakan " saya mulai menyanyi tahun 1932 pada orkes keroncong " Monte Carlo " yang dipimpin " Tan Lauw Joe di Jakarta. Tapi sebelum itu saya sudah main di komedi bangsawan " Malaka opera " yang berkeliling pulau Indonesia sampai ke pantai Singapura.

Umumnya penyanyi keroncong wanita jaman itu sering memikat hati pemuda,meskipun diantaranya tentu saja ada anak hartawan yang punya sifat " Play Boy ". Dengan senyum Ida mengingat kembali siapa yang pernah tergila-gila padanya,...ada deh,sampai sekarang orangnya masih hidup. Tapi lebih baik jangan diumumkan ". kata ida yang masih genit itu.

Ayah Ida seorang Ambon sedangkan ibunya orang Sunda. Anak tangsi ini kemudian menjadi anak wayang dan pada umur 17 tahun menikah dengan John Palmer,pemuda Indo-Belanda. Selama perkawinan mereka yang 9 tahun itu,tidak dikaruniai anak. Kemudian Ida minta cerai,sebab merasa tidak senang dimadu.
 Selama menjadi janda,seorang trompetis bernama Tan A Hoy menaruh hati kepadanya. Bukan hanya cuma main mata saja tapi bahasa pacaran disalurkan juga lewat tiupan terompetnya,sehingga Ida yang genit lambat laun jatuh hati juga.

Tahun 1926 saya lari dari John Palmer, lalu saya ikut A Hoy. A Hoy mengajar saya main mandolin,gitar,banjo dan dames viool "kata Ida. Tan A Hoy pernah memimpin orkes keroncong " Lief Java " sedangkan Ida tambah lama tambah tenar. Ia mengikuti perlombaan nyanyi dan pernah jadi juara di Pasar Gambir,Prinsen park dan tempat-tempat lain sekitar tahun 1937 dan 1938.
Sesudah 13 tahun kawin dengan A Hoy akhirnya mereka berpisah dengan baik.
  
Ida Gaspers sebetulnya lahir di Aceh 2 Mei 1901. tetapi ia menetap di Jakarta sejak kecil sampai sekarang.
Anehnya kalau bercerita tentang sanak keluarganya,ia menyebutkan mereka dengan istilah " Tionghoa " seperti " ie-ie "saudara piao dan sebagainya. Yang diceritakannya itu termasuk keluarganya yang sudah jauh ikatannya. kebanyakan diantara mereka pada hari tuanya dirawat pula di GPIB ini.

Ida sendiri sudah bertahun-tahun tinggal disana dan sudah 2 tahun ini dirawat diruang sakit karena sakit jantung dan tekanan darah tinggi. Ia seolah-olah sebatangkara.

Siapa saja yang menolong Ida akhir-akhir ini? Dengan spontan dijawabnya "Suara saya sendiri".Selama hidupnya ia mencari nafkah dengan modal suaranya. Sebelum sakit,dalam usia 65 tahun ia masih menyanyi tiap malam minggu dalam malaman keroncong dirumah Zainali (Tan Khik Lee,direktur Toko Eropa) bersama Netty.

Lagu kesayangannya ialah " Keroncong Moritsko " Ida menarik suaranya yang tiap kali ngos-ngos-an dengan iringan cello yang dipetik Mang Saibun,Si-Macan Kemayoran.
"Pada hari tua ini hanya A.Hoy yang sekali-kali menengok saya " kata Ida yang berusaha gembira selalu.

(Sumber : Intisari Agustus 1971 No.97)

DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!