skin kampung indian: Sejarah Perkebunan Tembakau Di Deli Sumatra Utara

Sejarah Perkebunan Tembakau Di Deli Sumatra Utara




PARA PEKERJA PEREMPUAN PERKEBUANA 
TEMBAKAU DI DELI SAAT MENERIMA UPAH


     
     1. J. Nienhuys, president commissaris.
     2. Herbert Cremer, directeur.
     3. jhr. H. W. Röell, gedelegeerd commissaris.
     4. E.S. Enthoven, gedelegeerd commissaris.
     5. C.W. Jansen, commissaris.
     6. A. de Stoppelaer Blijdesteijn,commissaris.

Gara-gara Mr.J van den Brand menulis brosur " Jutaan dari Deli "pada tahun 1902,seluruh masyarakat perkebunan disekitar Medan jadi heboh.
  
Van de Brand seorang Advokat Medan,yang terpanggil menegakan keadilan.Dengan resiko kehilangan nafkahnya sebagai pengacara,ia menggugat Ordonasi kuli (Semacam undang-undang),yang menjadi biang keladi keabsahan menghukum kuli dengan sewenang-wenang.Sebenarnya protes sosial yang mengecam penganiayaan kuli Deli sudah banyak ditulis dikoran-koran sebelumnya. Tapi suara koran tidak digubris dan dianggap fitnah.

Mengapa brosur van den Brand diperhatikan ? Tidak lain karena ketika itu ada semacam titik balik dikalangan Pemerintah Belanda. Dan cara berpikir kolonial ke cara berpikir politik etis. Mereka merasa berutang budi pada tanah jajahan yang sudah sekian lama menguntungkan Negara (Belanda). Jadi perlu pendekatan yang lebih manusiawi. Dari sikap tidak menggubris berubah jadi prihatin. Agar dapat menilai tulisan Van den Brand,banyak yang kemudian ingin tahu,apa sih yang disebutkan ini ?


  
Pada pertengahan abad ke-19,Pemerintah Belanda mulai menarik diri dari kegiatan mengeduk untung secara langsung di Negeri jajahan. Mereka memberi kesempatan para investor swasta untuk giliran memeras laba. Munculah kemudian usaha perkebunan tembakau di Keresidenan Sumatra Timur(kini bernama propinsi Sumatra Utara). Pelopor yang membuka hutan untuk dijadikan kebun tembakau ialah J.Nienhuys,yang datang ke Deli tahun 1863. Menurut mitos yang beredar,ia datang di kawasan yang tak berpenduduk,sehingga terpaksa ia membuka hutan sendiri. tetapi agaknya mitos ini keterlaluan. Sebab sudah sejak dulu para Raja pesisir Tanah Melayu mencoba menjajah penduduk pedalaman Daerah Batak.


  
Jadi penduduk Deli itu ada,tapi tidak bersedia bekerja sebagai buruh perkebunan di lahan bekas hutan. Nienhuys kemudian mencari tenaga kerja ke Penang dan memperoleh 190 orang kuli Cina. Semuanya diajak tidur di rumah kebesarannya sebagai administrateur perkebunan. Juga controleur yang diangkat sebagai penuntut umum oleh pemerintah di Deli,mula-mula mondok dirumah " tuan besar ini.



Tembakau Deli sangat laku dipasaran Eropa,untuk industri cerutu. Untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat, perkebunan harus diperluas dan tenaga kerjanya ditambah. Pada tahun 1869 dikerahkan 900 orang kuli. Di samping orang Cina dari Penang,juga didatangkan orang keling dari Koromandel, India: orang Siam dari Muangthai dan Jawa dari Bagelen,Jawa-Tengah. Jumlahnya senantiasa kurang saja. Karena tidak sebanding dengan luas lahan yang digarap. Tenaga kuli jadi langka. Lebih langka dari pada tanah.



  
DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!