skin kampung indian: SEJARAH
Tampilkan postingan dengan label SEJARAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SEJARAH. Tampilkan semua postingan

Sejarah Penjajahan Inggris Di Pulau Jawa


SEJARAH PENJAJAHAN 
INGGRIS DI PULAU JAWA


Pendudukan Belanda di Jawa, akhirnya runtuh juga diserang Inggris lewat pantai Batavia pada tgl 10 Agustus 1811 dan melalui kota Semarang. Sehingga 'Janssens' pengganti Daendels,terpaksa menyerah kepada Inggris di Tuntang, pada 18 September 1811. Maka selama tahun 1811-1816 ,buat sementara waktu bendera " Union Jack " berkibar menggantikan "Si Tiga Warna" (rood-wit-blauw)di pulau Jawa, dan Letnan Gubernur Sir Thomas Stampord Raffles memegang tampuk pimpinannya. Tidak jauh berbeda dengan Daendels, pemerintah Inggris dibawah Raffles banyak memerlukan uang,untuk menutupi biaya operasi militer maupun pengeluaran-pengeluaran lainnya. 

Untuk mengisi kas negara,Raffles telah menjual tanah milik negara di Wilayah Priangan,Karawang,Semarang dan Surabaya.Selain orang- orang China,salah seorang pembeli tanah di Priangan adalah Dr. Andreas de Wilde,seorang Dokter bekas pembantu pribadi Daendels. Andreas de Wilde sempat mengikat persahabatan dengan keluarga Raffles,kemudian terkenal sebagai "Tuan Tanah" di daerah Jasinga Bogor,Cimelati,Sukabumi.Bahkan pada akhir pemerintahan Raffles di Jawa,Andreas de Wilde sempat menukar tanahnya dengan sebidang lahan di tatar Bandung yang meliputi setengah dari Kabupaten Bandung sekarang.Ia dapat kita golongkan sebagai"cikal-bakal" Kota Bandung.
Sumber:Wajah Bandoeng Tempo Dulu.Oleh:Haryoto Kunto.



DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Perkebunan Tembakau Di Deli Sumatra Utara




PARA PEKERJA PEREMPUAN PERKEBUANA 
TEMBAKAU DI DELI SAAT MENERIMA UPAH


     
     1. J. Nienhuys, president commissaris.
     2. Herbert Cremer, directeur.
     3. jhr. H. W. Röell, gedelegeerd commissaris.
     4. E.S. Enthoven, gedelegeerd commissaris.
     5. C.W. Jansen, commissaris.
     6. A. de Stoppelaer Blijdesteijn,commissaris.

Gara-gara Mr.J van den Brand menulis brosur " Jutaan dari Deli "pada tahun 1902,seluruh masyarakat perkebunan disekitar Medan jadi heboh.
  
Van de Brand seorang Advokat Medan,yang terpanggil menegakan keadilan.Dengan resiko kehilangan nafkahnya sebagai pengacara,ia menggugat Ordonasi kuli (Semacam undang-undang),yang menjadi biang keladi keabsahan menghukum kuli dengan sewenang-wenang.Sebenarnya protes sosial yang mengecam penganiayaan kuli Deli sudah banyak ditulis dikoran-koran sebelumnya. Tapi suara koran tidak digubris dan dianggap fitnah.

Mengapa brosur van den Brand diperhatikan ? Tidak lain karena ketika itu ada semacam titik balik dikalangan Pemerintah Belanda. Dan cara berpikir kolonial ke cara berpikir politik etis. Mereka merasa berutang budi pada tanah jajahan yang sudah sekian lama menguntungkan Negara (Belanda). Jadi perlu pendekatan yang lebih manusiawi. Dari sikap tidak menggubris berubah jadi prihatin. Agar dapat menilai tulisan Van den Brand,banyak yang kemudian ingin tahu,apa sih yang disebutkan ini ?


  
Pada pertengahan abad ke-19,Pemerintah Belanda mulai menarik diri dari kegiatan mengeduk untung secara langsung di Negeri jajahan. Mereka memberi kesempatan para investor swasta untuk giliran memeras laba. Munculah kemudian usaha perkebunan tembakau di Keresidenan Sumatra Timur(kini bernama propinsi Sumatra Utara). Pelopor yang membuka hutan untuk dijadikan kebun tembakau ialah J.Nienhuys,yang datang ke Deli tahun 1863. Menurut mitos yang beredar,ia datang di kawasan yang tak berpenduduk,sehingga terpaksa ia membuka hutan sendiri. tetapi agaknya mitos ini keterlaluan. Sebab sudah sejak dulu para Raja pesisir Tanah Melayu mencoba menjajah penduduk pedalaman Daerah Batak.


  
Jadi penduduk Deli itu ada,tapi tidak bersedia bekerja sebagai buruh perkebunan di lahan bekas hutan. Nienhuys kemudian mencari tenaga kerja ke Penang dan memperoleh 190 orang kuli Cina. Semuanya diajak tidur di rumah kebesarannya sebagai administrateur perkebunan. Juga controleur yang diangkat sebagai penuntut umum oleh pemerintah di Deli,mula-mula mondok dirumah " tuan besar ini.



Tembakau Deli sangat laku dipasaran Eropa,untuk industri cerutu. Untuk memenuhi permintaan pasar yang meningkat, perkebunan harus diperluas dan tenaga kerjanya ditambah. Pada tahun 1869 dikerahkan 900 orang kuli. Di samping orang Cina dari Penang,juga didatangkan orang keling dari Koromandel, India: orang Siam dari Muangthai dan Jawa dari Bagelen,Jawa-Tengah. Jumlahnya senantiasa kurang saja. Karena tidak sebanding dengan luas lahan yang digarap. Tenaga kuli jadi langka. Lebih langka dari pada tanah.



  
DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Biografi Franz Wilhelm Junghuhn
Dan
Sejarah Perkebunan Kina Di Pulau Jawa





franz_wilhelm_junghun


FRANZ WILHELM JUNGHUHN SANG "HUMBOLDT DARI JAWA Sebutan sebagai"Humboldt dari Jawa" itu pun sekarang,kalau dilihat ke belakang, masih cocok. bahkan dalam arti ganda. Tidak hanya karena Alexander von Humboldt dalam bukunya,terdiri dari 5 jilid,yang berjudul "Cosmos",pada bagian-bagian tentang pulau -pulau di Asia Tenggara,yang topografinya dan gunung-gunung berapinya selalu merujuk pada keterangan Junghuhn.

Akan tetapi juga laporan-laporan besar tentang ilmu pengetahuan alam yang dibuat oleh Junghuhn tentang Sumatra  dan Jawa sampai sekarang masih dianggap sebagai mendasar dan juga masih enak dibaca. 

Gambar-gambar cat air yang ada pada buku tersebut membuat buku-buku ini menjadi sesuatu yang dicari di toko-toko buku bekas. Tetapi bukan penelitian-penelitian dan penerbitan-penerbitan itu saja yang menyebabkan nama Junghuhn tidak dapat dilupakan. Dialah juga yang bersama-sama dengan dengan H.J. Habkal,yang membawa pohon kina ke Jawa dan berkat itu,maka Hidia-Belanda menjadi salah satu eksportir kina terbesar didunia pada abad ke-19.

pada awalnya tidak ada pertanda dalam diri Junghuhn,yang menunjukan bahwa dia akan berkarir di alam ilmu pengetahuan. Tapi setelah jalan yang berliku-liku,hingga akhirnya menemukan pulau-pulau di Hindia-Timur sebagai temannya,adalah justru darah petualangan,yang mendorong dirinya dan penelitiannya ke daerah-daerah yang masih belum dikenal. Dia bukan tipe petualang cendikiawan dibekang meja.

Jalan-jalan mana saja yang dilaluinya ? Lahir tahun 1809 di Manfeld di daerah Sachsen-Anhalt,ayahnya menginginkan,agar Junghuhn menjadi seorang pemangkas rambut. Tetapi ia menentang ayahnya dan masuk ke Universitas Halle,disana tidak berhasil selesai,lalu mencoba nasibnya sebagai pemain sandiwara,namun itupun kembali tidak berhasil dan lalu ia mencoba bunuh diri.

Setelah beberapa waktu berdiam diri dirumah,lalu dia pergi ke Berlin,disana ia menempuh ujian kedokteran,lalu kemudian menjadi Dokter tentara. Dalam suatu perkelahian,dia melukai lawannya hingga mati,sehingga dia di hukum selama 10 tahun dibenteng Ehrenbreitstein. Setelah beberapa minggu,dia berhasil melarikan diri dan berpetualang ke Paris,dimana akhirnya dia menjadi tentara bayaran ke Aljajair.

Ketika pulang pada tahun 1832,dia mandengar tentang persiapan-persiapan satu eskpedisi ilmu pengetauan  dari Belanda ke Jawa,mencoba lagi ujian kedokteran, kali ini di Utretch dan kemudian pergi ke Jawa sebagai "perwira kesehatan kelas 3". Tahun 1835 dia tiba di Batavia.

Ketika bekerja sebagai dokter,awalnya dirumah-rumah sakit di Weltevreden (Gambir tempo doeloe),daerah elite di Batavia, Semarang dan Yogjakarta,dia sudah mulai keliling Jawa,mendaki gunung-gunung di berapi Jawa-Tengah,malakukan pengukuran-pengukuran,mengadakan penelitian dan membuat laporan. atasan langsungnya,Dr.frize,menjadi tertarik kepadanya,karena pekerjaan-pekerjaanya ini,sehingga memberi kesempatan kepadanya untuk melakukan berbagai perjalanan lagi ke Jawa-Timur dan Jawa-Barat, guna keperluan peenelitian-penelitian dan bahkan turut serta mendampinginya.

Meskipun dia dinaikan pangkatnya menjadi perwira kesehatan kelas 2, Junghuhn bercita-cita agar Fritze mempromosikannya menjadi anggota " Komisi Ilmu Alam " pemerintah kolonial. persahabatannya dengan Gubernur Jendral P.Merkus,yang baru dikenal setelah kematian sponsornya yang pertama,akhirnya memberi kesempatan kepadanya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan penelitian secara luas sejak tahun 1840,yang lalu membuatnya menjadi terkenal. bersamaan dengan itu Pemerintah Belanda mengusahakan,agar karya-karyanya dapat diterbitkan.

Karya besarnya yang pertama diterbitkan oleh " Nees van Esenbeck" tahun 1845,yang berjudul  " Perjalanan Topografis dan Ilmu Pengetahuan Alam Berkeliling Jawa". Kemudian tahun 1847 disusul karya berjudul " Tanah Batak di Sumatra ",yang terbit sekaligus dalam bahasa Belanda dan bahasa Jerman. karya utama Junghuhn" Java Seine Gestalt,Pflantezendecke und innere bauart " terbit dalam bahasa Belanda sejak tahun 1849 dalam 3 jilid,diterjemahkan oleh H.J. HaBkarl 1852-1854 juga di Leipzig. Buku ini dianggap sebagai salah satu" Monografi geografis terpenting,yang yang dapat ditunjukan  oleh hanya sedikit saja sastra jerman", sebagaimana yang tertera pada nama " Junghuhn " dalam daftar nama buku" Biografi Umum Jerman" dalam jilid ke 14,yang terbit tahun 1818 di Leipzig.

Antara tahun 1848 dan 1851,Junghuhn yang ketika itu sudah diakui dan dihormati sebagai peneliti,pergi cuti ke Eropa. tahun 1852 dia kembali ke Jawa,kemudian dia memusatkan perhatiannya terutama pada metode penanaman pohon kina,yang sebelumnya telah dimulai dicobakan oleh HaBkal,setelah kepadanya diserahkan pengelolaan penanaman kina secara keseluruhan tahun 1858,Junghuhn lalu memilih tempat tinggalnya di Lembang,Kab.Bandung,menerbitkan beberapa karyanya,akan tetapi dalam usia 55 tahun dia meninggal dunia pada tanggal 21 April 1864 di Lembang,daerah utara Bandung.Disebabkan karena penyakit apa yang disebut"demam iklim yang nakal",bahwa itu Malaria,tidak dipastikan,akan tetapi pendiri perkebunan kina di Jawa pun tentu tidak dapat dikecualikan dari hal itu.


   sumber:Napak Tilas Jerman-Indonesia Abad ke-16 hingga ke-19


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Singkat Wayang Kulit





SEJARAH WAYANG KULIT
Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang terutama berkembang di Jawa. Wayang berasal dari kata Ma Hyang artinya menuju kepada yang maha esa.

Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang,dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong ), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir.

Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon ), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.

Secara umum wayang mengambil cerita dari naskahMahabrata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita panji.

Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity ,Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur, sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan diJawa Barat.


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Bis Surat di Kantor Pos Indonesia




PENGRAJIN KERANJANG DI GARUT TEMPO DULU 
FOTO DIBUAT SEBELUM TAHUN 1940


Pada tahun 1829 untuk pertama kalinya  dipasang bis surat di Kantor Pos Batavia.
Selanjutnya secara berangsur-angsur di beberapa tempat didalam kota yang tepat untuk diberi " bis surat ", dipasang kemudahan tersebut. Misalnya di "stadhuis"  atau gedung negara di tempatkan bis surat.

Mula-mula bisa setiap hari surat di angkat betul-betul dan lokasinya dan dibawa ke kantorpos untuk dikosongkan. Tiap kali ada pengangkatan,bis surat yang diangkat diganti dengan bis surat yang baru. Cara pengosongan bis surat atau cara pengumpulan surat berubah setelah tehnik pembuatan bis surat mengalami kemajuan.

Bis surat untuk umum disediakan oleh kantor pos Semarang  pada tahun 1850 dan Surabaya pada tahun 1864. Kepala Daerah setempat harus melengkapi bis surat tersebut dengap petunjuk mengenai surat-surat mana yang harus diprangkoi,jam berangkat pos dan jam pengosongan bis surat.

Saran bis surat merupakan kemudahan bagi pemakai pos setelah perangko dipergunakan untuk melunasi ongkos kirim surat di muka. pengirim tidak perlu lagi ke Kantorpos untuk mengirim surat,cukup memasukan suratnya ke bis surat di tepi jalan terdekat.

Penempatan bis surat harus memperhatikan tiga hal :
a). Bis surat harus ditempatkan sedemikian sehingga nampak dengan mudah dan terjangkau oleh setiap orang.
b). yang tidak berwenang tidak mungkin menjamah surat-surat yang telah dipercayakan kepada bis surat.
c). petugas yang mengosongkan bis surat mengganti kantong dalam bis suratdengan kantong dalam baru,sehingga
Dalam pengumpulan surat-surat ini ia tidak menjamah surat-surat tersebut.

Cara mengumpulkan surat-surat terakhir ini memerlukan beberapa orang orang dan harus ada perlengkapan " knikkerinrichting ". untuk meningkatkan dayagunannya dipergunakan bis otomatis dimana petugas tetap tidak dapat menjamah surat-surat yang dikumpulkannya dan surat-surat dari beberapa bis surat dapat dikumpulkan dalam satu kantong. Bis surat otomatis ini ditemukan oleh Dr.Wiborg di Jonkoping Swedia yang dapat menyempurnakan lebih lanjut.

Untuk memudahkan  penerimaan surat,sejak tahun 1918 (St.No.158) disediakan "kastjes" (kotakpos) dibeberapa kantorpos kepada publik yang harus membayar sewa sebesar f.1.-tiap bulan.

Penerima-penerima kiriman pos yang tempat tinggalnya jauh dari kantorpos,atau kantorpos pembantu,dapat menggunakan tromolos ini lebih banyak daripada penggunaan kotakpos pada waktu itu.

DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Jawa Barat Pada Masa Awal Kemerdekaan



 Jawa Barat


Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, pemerintahan daerah seluruh Indonesia baru ditetapkan kedudukannya dalam rapat PPKI tanggal 19 Agustus 1945. Dalam rapat itu ditetapkan untuk sementara wilayah Indonesia dibagi ke dalam 8 propinsi,dibagi-bagi lagi ke dalam keresidenan-keresidenan dibantu tingkat pemerintah bawahannya untuk sementara berlaku ketentuan-ketentuan sebelumnya.Pembentukan daerah Jawa-Barat,didahului dengan pembentukan Komite Nasional Indonesia Daerah.

KDID di Jawa-Barat diawali dengan dibentuknya Keresidenan Priangan,pada tanggal 24 Agustus 1945. KNID dibentuk di bawah pimpinan R.S.Suradiraja,Keresidenan Cirebon dikepalai Dr.Sudarsono. Selanjutnya didirikan pula KNID pada tingakat Kabupaten / Kotapraja,Kewedanaan dan Kecamatan di seluruh Jawa-Barat.
Kemudian pada tanggal 9 September 1945 terbentuklah KNID Jawa-Barat yang diketahui oleh Oto Iskandardinata,dengan wakil ketua I Dr.Suratman Erwin,Wakil Ketua II Mr.Samsudin dan anggota-anggotanya/komisaris daaerah yaitu Zulkarnaen Kartalegawa (Banten),Mr.Muh.Rum (jakarta),Suradiraja(Bogor),Nawawi Arief (Cirebon),Niti Somantri (Priangan),dan Hiswara sebagai sekertaris. Selanjutnya KNID ditetapkan sebagai Badan Daerah pada tanggal 23 November 1945.

Dalam upaya melengkapi struktur pemerintahan daerah atas usul Badan Pekerja KNID pada tanggal 23 Oktober 1945 Pemerintah RI menetapkan Undang-Undang No.1 yang mengatur Komite Nasional daerah sebagai salah satu alat perlengkapan daerah yang dipimpin oleh kepala daerah.

Kelanjutan dari Undang-Undang tersebut disimpulkan bahwa Propisi Jawa-Barat dibagi dalam 5 kota otonomi. Keresidenan Jakarta, residenya 'Sewaka' meliputi Kabupaten Jakarta,Jatinegara,Karawang dan Kota otonomi Jakarta. Keresidenan Banten dengan Residen 'Tirta Suyatna' miliputi Kabupaten Serang,Pandeglang,dan Lebak. Keresidenan Cirebon residenya 'Dr.Mujani',meliputi Kabupaten Cirebon,Indramayu,Majalengka, Kuningan,dan Kota Otonomi Cirebon. Keresidenan Bogor dengan residen R.I.M. Sirodz,meliputi Kabupaten Bogor,Sukabumi,Cianjur, dan Kota Otonomi Bogor dan Sukabumi.

Pusat pemerintahan Provinsi Jawa-Barat mula-mula berkedudukan di Jakarta,akan tetapi kemudian berpindah ke Kota Bandung (UU/1950/11). Pada bulan-bulan pertama setelah Proklamasi Kemerdekaan,pemerintahan di Jawa-Barat masih belum jelas, masa itu merupakan transisi masa pendudukan Jepang yang menitip beratkan pada peranan provinsi sebagai sentral pemerintahan daerah. Perkembangan selanjutnya pemerintahan keresidenan dihapuskan (UU/1950/11) dan ditetapkan menjadi provinsi Daerah Tingkat I Jawa-Barat.




DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Perangko Indonesia




prangko bandung lautan api
SEJARAH PERANGKO DI INDONESIA

Dengan keputusan pemerintah kolonial Belanda tanggal 22 Juni 1862.No.103 a ditetapkanlah  "reglemen tentang perposan surat di Hindia-Belanda" di mana antara lain ditetapkan penggunaan prangko untuk pengiriman surat.
Meskipun pemakain prangko telah dimulai,porto surat dapat dilunasi di kantor kirim.Dalam hal ini sampul surat telah dimulai,  porto surat dapat dilunasi di kantor kirim. Dalam hal ini sampul surat dibubuhi cap "FRANCO". bila ongkos kirim surat dibebankan kepada penerima sampul surat dibubuhi " ONGEFRANKEERD atau  TIDAK DI PRANGKO.

Untuk mematikan stempel prangko yang ditempelkan ketika itu sudah dipergunakan cap tanggal yang bentuknya setengah lingkaran atau stempel setengah bulan yang menunjukan nama kantor,tanggal dan kantor pengiriman yang dibawahnya diikuti dengan kata "FRANCO". Cap tanggal ini dibubuhkan pula disebelah belakang kiriman pada waktu penerimaan di kantor tujuan.

Pada tahun 1864 prangko pertama di Hindia-Belanda (Indonesia) dipergunakan. Prangko tersebut bergambarkan Raja Willem III dengan kata-kata "POSTZEGEL NEDERL INDIE" dengan harga 10 sen. Perangko ini belum diperforasi. Baru beberapa tahun kemudian perangko-perangko diperforasi.
Pada tahun 1870 jumlah prangko diperluas mulai 1 cent sampai f.2,50,-(seringgit). Bila jumlah perangko tidak memenuhi ongkos kirim, di samping prangko dibubuhi teraan "TIDAK MENCUKUPI" (OENTOEREIKEND).

Prangko amal (dengan tambahan) dikeluarkan mulai 1915 untuk Palang Merah. prangko peringatan pertama dikeluarkan mulai 1923 untuk memperingati pemerintahan Ratu Willhelmina genap 25 tahun.

Prangko istimewa(bijzondere zegels) yang dinamakan " brankastzegels" dikeluarkan pada tahun 1923 pula yang dipergunakan untuk memenuhi bea ekstra untuk pengiriman  pos laut yang mempergunakan "drijvende scheepssbrandkast" ( brankas kapal yang dapat mengapung). Prangko brankast ini terdiri dari harga 15,60,75 sen dan f.150, f,2.25,f.4,50 dan f.7,50.

Dalam dunia Philateli tidak diperoleh kesepakatan untuk mengakui prangko brankast sebagai prangko biasa. Dalam catalogus prangko ini dicetak dengan huruf-huruf kecil.
  
Percetakan prangko dilakukan Firma John Enschede & Zonen di Haarlem Negeri Belanda.
Sejak dipergunakan prangko pertama,tehnik pencetakan belum memperhitungkan segala macam kecurangan. Akhirnya diketemukan kecurangan dalam pemakaian prangko. Tinta stempel yang diterakan ternyata dapat dihapuskan tanpa merusak gambar atau warna prangko yang wantek itu. Untuk mencegahnya maka warna prangko-prangko dibuat sedemikian,sehingga kalau tinta cap dihapus,warna prangko akan memudar atau hilang. Cara untuk mencegah pemakaian prangko bekas ialah dengan mempergunakan stempel biffage yang telah disingung dimuka.

Baru pada tahun 1931 oleh panitian bendapos disarankan supaya pencetakan prangko dipindahkan dari Negeri Belanda ke Indonesia kepada perusahaan "Reprodutiebedrijf van de Toopograishe dienst" untuk menghemat pengeluaran.

Prangko pungut(Portzegel)dipergunakan sejak tahun 1872.Pada tahun 1873 mulai dipergunakan kartupos untuk surat-menyurat dalam negeri.Untuk dalam negri diterbitkan pula kartu pos dengan jawaban.

Pada tahun 1878 dikeluarkan sampul-sampul yang bercetakan prangko harga 10,1/2,15 dan 25 sen.
Mulai tahun 1881 diadakan kesempatan untuk menjadi pemegang depot bendapos. karena depot bendapos kurang laku,kemudahan ini untuk sementara dihentikan.
pada tahun 1900 diterbitkan kartupindah dengan harga 1 sen.

pada awal 1929 mulailah dipergunakan mesin prangko pertama. Penggunaan mesin prangko ini haya dapat dilakukan dengan izin kepala jawatan PTT (Pos Telegraf dan Telekomunisasi).
pada tahun 1935 mulai dijual materei pajak upah  dan Daftar upah dan sejak 1-1-1936 diterbitkan "warkatpos" dan "kartupos" pada tahun 1936 mengalami kenaikan sebesar 9,8% dibandingkan dengan jumlah surat dan kartupos tahun 1935.

Warkatpos digunakan untuk menyampaikan berita secara sederhana dengan menggabungkan kartupos dan sampul yang diberi tarip surat dalam negeri yang diturunkan menjadi 7,5 sen. Warkatpos dapat dikirimkan ke negeri Belanda ,Suriname dan Curacauo.
Warkatpos yang dikeluarkan berteraan prangko 8 sen selembar dan tanpa prangko f,5,-tiap 100 lembar. Penjualan warkatpos pada bulan-bulan pertama masih kurang memenuhi harapan. Namun demikian alat surat-menyurat makin dikenal ini makin laku. Yang terjual seluruhnya pada tahun 1936 mencapai sekitar 4.232.000 lembar warkatpos yang berteraan prangko dan 1.022.000 lembar yang tidak berteraan prangko.

Untuk keperluan pengiriman surat pos udara. Di samping itu pada tahun 1878 disediakan pula sampul-sampul yang berteraan prangko yang mula-mula sampul yang berteraan prangko yang mula-mula terdiri dari 10,12 1/5 ,15,20 dan 25 sen.

Kepada publik diberi kesempatan pula untuk membeli prangko-prangko dari negeri Belanda yang dapat dimasukan dalam sampul bersama suratnya agar penerima dapat mempergunakannya untuk mengirim jawaban. Dalam perhubungan Iternasional ini dapat membeli kupon jawaban Internasional yang dapat dikirimkan ka alamat-alamat di negara-negara uni pos sedunia. Kupon balasan ini bila dikehendaki pengirim dapat dikirimkan kepada alamat di dalam negeri. Harga kupon balasan tersebut ialah 17,5 sen selembar yang dapat  ditukar dengan prangko seharga 15 sen.

Untuk melayani pengumpul perangko,beberapa kantor (Bandung, Ambon Banjarmasin, Batavia Centrum, Yogyakarta, Makasar, Malang,Medan,Manado,Padang,Palembang,Semarang dan Surabaya) ditunjuk untuk menjual prangko-prangko edisi baru yang belum dapat diperoleh di semua kantor dan menjual prangko dan materai porto yang tinggal sedikit persediaannya.

Pengumpul-pengumpul perangko yang tidak setempat dengan kantor-kantor yang tersebut di atas,dapat memesannya dengan mengirimkan weselpos dengan keterangan yang jelas pada segi berita.

Di vestibule-vestibule kantorpos-kantorpos di Bandung,Batavia Centrum,Palembang,Surabaya,Solo,dan Cepu bahkan disediakan bis surat khusus untuk pengumpul yang pada jam-jam tertentu dikosongkan.


 Sumber:Sejarah Telekomunikasi.1980

DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Perkebunan Kopi di Cianjur
Tempo Dulu


 
Cianjur Tempo Dulu
ANAK EROPA TEMPO DULU MENGENAKAN 
KAIN SARUNG KEBAYA DI KEBUN KOPI


Setibanya di Mocha (di Yaman) tahun 1616,Pieter van den Broeke sangat terheran-heran. Disana dilihatnya orang minum air hitam dengan nikmat. Ketika ia bertanya-tanya,dijelaskan kepadanya bahwa minuman hitam itu dibuat dari biji-bijian yang asing baginya,setelah disangrai dan digiling,diseduh dengan air mendidih. 

Tak lama kemudian VOC mengambil bagian dalam perdagangan kopi setempat. Tetapi baru tahun 1663 kiriman kopi yang pertama sampai ke Belanda. Hampir setengah abad kemudian semua pembantu wanita dan penjahit,ingin minum kopi di pagi hari. kalau tidak,mereka tak dapat bekerja.

Tetapi,haruskah VOC sendiri menanam kopi Di Indonesia ? Gubernur Jenderal Camphuys mencobanya di tahun 1696. Baru tahun 1711,Bupati Ara Wiratanoe,dari daerah Cianjur,yang terletak di Priangan (Jawa-Barat),merupakan daerah pedalaman Batavia,menghasilakan paket kopi yang pertama.

Seratus pon. Ternyata penanaman kopi tidak memerlukan modal maupun alat-alat yang rumit,lagi pula hampir semua orang dapat melakukannya karena hanya sedikit pengetahuan yang diperlukan. Maka lahirlah " sistem tanam paksa Priangan ". Dengan upah kecil penduduk dipaksa menanam kopi,yang oleh pemimpinya sendiri,yakni para Bupati, hasilnya kemudian diserahkan kepada VOC.

Sudah di tahun 1720,kopi Priangan sebanyak 100.000 ton pon dikirimkan ke Eropa,tiga tahun kemudian sejuta pon. Lalu terjadi kepanikan ! Sebab sekarang ada bahaya kelebihan produksi,lagipula orang Jawa tiba-tiba menerima begitu banyak uang untuk pengiriman kopi,sehingga ada kemungkinan mereka akan unjuk gigi. 

Hal itu tak boleh terjadi ! VOC segera menurunkan secara sepihak harga pembelianya,namun bersikeras supaya jumlah yang diserahkan tetap sama. Jadi petani diberi lima ringgit padahal yang dijanjikan 21 ringgit. Tentu saja budidaya kopi langsung menghilang. Baik deh,sembilan ringgit. Sia-sia saja. Kalau begitu harus dilakukan paksaan.

" Awas,barang siapa kebun kopinya tidak memuaskan,akan dihukum Iblis !" bentak pegawai VOC kepada kepala desa yang ketakutan. Dan dengan putus asa petani Jawa bekerja membanting tulang.
 "Sia-sialah peluhnya bercucuran membasahi wajahnya,dan kepalanya terpanggang sinar surya yang membara. adakalanya petani memberontak. Bupati Cianjur yang tamak, yang bertindak sebagai calo bagi VOC,tewas dibunuh. 

Tetapi pekerjaan itu tetap berlanjut. Menjelang bubarnya VOC,daerah Priangan yang dulu tidak penting itu,kini berkat kopi,menempati " tempat utama diantara milik VOC yang menguntungkan."


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Kerajaan Sunda




Kerajaan Sunda


SEJARAH KERAJAAN SUNDA
Kerajaan Sunda (669- 1579 M.),menurut naskah Wangsakerta merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Sunda didirikan oleh Tarusbawa pada tahun 591 saka Sunda (669M.) 591. 

Menurut sumber sejarah primer yang berasal dari abad ke-16, kerajaan ini merupakan suatu kerajaan yang meliputi wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Banten,Jakarta,Provinsi Jawa Barat,dan bagian barat Provinsi Jawa Tengah.

WILAYAH KEKUASAAN
Berdasarkan naskah kuno primer Bujangga Manik,(yang menceriterakan perjalanan Bujangga Manik,seorang pendetaHindu Sunda,yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di Pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16),yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian,Oxpord University England sejak tahun ( 1627),batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali ("Sungai Pamali", sekarang disebut sebagai dan Ci Serayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah (kali Brebes).

Menurut Naskah Wangsakerta,wilayah Kerajaan Sunda mencakup juga daerah yang saat ini menjadi Provinsi Lampung melalui pernikahan antara keluarga Kerajaan Sunda dan Lampung.Lampung dipisahkan dari bagian lain kerajaan Sunda oleh Selat Sunda.

Rujukan awal nama Sunda sebagai sebuah kerajaan tertulis dalam Prasasti Kebon Kopi II tahun 458 Saka (536 Masehi).Prasasti itu ditulis dalam aksara Kawi, namun, bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu Kuno. Prasasti ini terjemahannya sebagai berikut:

Batu peringatan ini adalah ucapan Rakryan Juru Pangambat,pada tahun 458 Saka, bahwa tatanan pemerintah dikembalikan kepada kekuasaan raja Sunda.
Beberapa orang berpendapat bahwa tahun prasasti tersebut harus dibaca sebagai 854 Saka (932 Masehi) karena tidak mungkin Kerajaan Sunda telah ada pada tahun 536 AD, di era Kerajaan Tarumanagara (358-669 AD ).

HISTORIOGRAFY
Rujukan lainnya kerajaan Sunda adalah Prasasti Sanghyang Tapak yang terdiri dari 40 baris yang ditulis pada 4 buah batu. Empat batu ini ditemukan di tepi sungai Cicatih di Cibadak, Sukabumi Prasasti-prasasti tersebut ditulis dalam bahasa Kawi. Sekarang keempat prasasti tersebut disimpan di Museum Nasional Jakarta, dengan kode D 73 (Cicatih), D 96, D 97 dan D 98. Isi prasasti (menurut Pleyte):
Perdamaian dan kesejahteraan. Pada tahun Saka 952 (1030 M), bulan Kartika pada hari 12 pada bagian terang, hari Hariang, Kaliwon, hari pertama, wuku Tambir. Hari ini adalah hari ketika raja Sunda Maharaja Sri Jayabupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwanamandaleswaranindita Haro Gowardhana Wikramattunggadewa, membuat tanda pada bagian timur Sanghiyang Tapak ini. Dibuat oleh Sri Jayabupati Raja Sunda.

Dan tidak ada seorang pun yang diperbolehkan untuk melanggar aturan ini. Dalam bagian sungai dilarang menangkap ikan, di daerah suci Sanghyang Tapak dekat sumber sungai. Sampai perbatasan Sanghyang Tapak ditandai oleh dua pohon besar. Jadi tulisan ini dibuat, ditegakkan dengan sumpah. Siapa pun yang
melanggar aturan ini akan dihukum oleh makhluk halus, mati dengan cara mengerikan seperti otaknya disedot, darahnya diminum, usus dihancurkan, dan dada dibelah dua.

Tanggal prasasti Jayabupati diperkirakan 11 Oktober 1030.Menurut Pustaka Nusantara, Parwa III sarga 1, Sri Jayabupati memerintah selama 12 tahun (952-964) saka (1030 - 1042AD).


CATATAN SEJARAH DARI CINA
Menurut F. Hirt dan WW Rockhill,ada sumber-sumber berita Cina tertentu mengenai Kerajaan Sunda. Pada saat Dinasti Sung Selatan, inspektur perdagangan dengan negara-negara asing, Chan Ju-kua mengumpulkan laporan dari para pelaut dan pedagang yang benar-benar mengunjungi negara-negara asing. 

Dalam laporannya tentang negara Jauh,Chu-fan-chi,yang ditulis dalam tahun 1178-1225 Masehi,menyebutkan pelabuhan air di Sin-t'o (Sunda). Chu-fan-chi melaporkan bahwa: Orang-orang tinggal di sepanjang pantai.
Orang-orang tersebut bekerja dalam bidang pertanian,rumah- rumah mereka dibangun diatas tiang (rumah panggung)dan dengan atap jerami dengan daun pohon kelapa dan dinding-dindingnya dibuat dengan papan kayu yang diikat dengan rotan. 

Laki-laki dan perempuan membungkus pinggangnya dengan sepotong kain katun,dan memotong rambut mereka sampai panjangnya setengah inci. Lada yang tumbuh di bukit (negeri ini) bijinya kecil,tetapi berat dan lebih tinggi kualitasnya dari Ta-pan (Tuban, Jawa Timur). Negara ini menghasilkan labu,tebu,telur kacang dan tanaman.Buku berbahasa Cina "shun-feng hsiang-sung" dari sekitar 1430 AD mengatakan: 

CATATAN SEJARAH CINA
Dalam perjalanan ke arah timur dari Sunda, sepanjang pantai utara Jawa, kapal dikemudikan 97 1/2 derajat selama tiga jam untuk mencapai Kalapa, mereka kemudian mengikuti pantai (melewati Tanjung Indramayu),akhirnya dikemudikan 187 derajat selama empat jam untuk mencapai Cirebon. Kapal dari Banten berjalan ke arah timur sepanjang pantai utara Jawa, melewati Kalapa, melewati Indramayu, melewati Cirebon.


CATATAN SEJARAH EROPA
Laporan Eropa berasal dari periode berikutnya menjelang jatuhnya Kerajaan Sunda oleh kekuatan Kasultanan Banten.

Salah satu penjelajah itu adalah Tome Pires dari Portugal. Dalam laporannya "Summa Oriental (1513-1515)" ia menulis bahwa: Beberapa orang menegaskan bahwa kerajaan Sunda luasnya setengah dari seluruh pulau Jawa; sebagian lagi mengatakan bahwa Kerajaan Sunda luasnya sepertiga dari pulau Jawa dan ditambah seperdelapannya.


BERDIRINYA KERAJAAN SUNDA
Menurut Naskah Wangsakerta dari Cirebon, sebelum berdiri sebagai kerajaan yang mandiri, Sunda merupakan bawahan Tarumanagara. Raja Tarumanagara yang terakhir, Sri Maharaja Linggawarman Atmahariwangsa Panunggalan Tirthabumi (memerintah hanya selama tiga tahun,666-669 M), menikah dengan DĂ©wi Ganggasari dari Indraprahasta. Dari Ganggasari,beliau memiliki dua anak, yang keduanya perempuan. DĂ©wi Manasih, putri sulungnya, menikah dengan Tarusbawa dari Sunda, sedangkan yang kedua, Sobakancana, menikah dengan Dapuntahyang Sri Janayasa, yang selanjutnya mendirikan Kerjaan Sriwijaya

Setelah Linggawarman meninggal,kekuasaan Tarumanagara turun kepada menantunya, Tarusbawa. Hal ini menyebabkan penguasa Galuh,Wretikandayun( 612-702 ) memberontak, melepaskan diri dari Tarumanagara,serta mendirikan Kerajaan Galuh yang
mandiri. 

Tarusbawa juga menginginkan melanjutkan kerajaan Tarumanagara, dan selanjutnya memindahkan kekuasaannya ke Sunda,di hulu sungai Cipakancilan dimana di daerah tersebut sungai Ciliwung dan sungai Cisadane berdekatan dan berjajar, dekat Bogor saat ini. Sedangkan Tarumanagara diubah menjadi bawahannya. Beliau dinobatkan sebagai raja Sunda pada hari Radite Pon,9 suklapaksa,bulan Yista,tahun 519 Saka (kira- kira 18 Mei 669 M). Sunda dan Galuh ini berbatasan, dengan batas kerajaanya yaitu sungai Citarum (Sunda di sebelah barat, Galuh di sebelah timur).

DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Buku-Buku Yang Dilarang Presiden Soekarno



buku Soekarno
ICHTISAR SEJARAH SASTRA INDONESIA


Pada tahun 1959,penguasa perang tertinggi Republik Indonesia pernah melarang buku Pramoedya Ananta Toer yang berjudul " Hoa Kiau di Indonesia " Pada tahun 1962 sebuah buku kumpulan saja berjudul " Matinya Seorang Petani " juga dilarang. Sebegitu 
jauh,pelarangan itu dikenakan semata-mata terhadap buku yang isinya dianggap dapat merongrong kewibawaan pemerintah dalam menjaga keamanan bangsa dan negara.

Tapi pada tahun 196,setelah manifes kebudayaan dilarang,kemudian semua buku dan buahtangan para pengarang penandatanganan menifes dinyatakan terlarang. jadi yang dinyatakan terlarang bukan buku,melainkan pengarang para pengarang yang bukan penandatangan manifes,karena kebetulan orangnya berada di Malaysia padahal ketika itu pemerintah R.I.sedang berkonfrontasi dengan pemerintah Malaysia (seperti S. Takdir Alisyahbana,idrus dan M.balfas)atau karena pengarangnya berfaham politik yang tidak disukai rezim yang sedang berkuasa (seperti,Muchtar Lubis dan Hamka),dinyatakan terlarang juga. tak perduli bahwa buku-buku itu ditulis berpuluh-puluh tahun sebelum itu,dan samasekali tidak menyinggung-nyinggung situasi aktuil.   

Setelah terjadi penghianatan " Gerakan G 30 S PKI " yang dapat digagalkan,larangan tehadap buku-buku buah tangan para pengarang manifes kebudayaan dicabut. Tapi buku-buku karangan anggota Lembaga kebudayaan Rakyat (LEKTRA),dilarang. Tak perduli apa isinya dan kapan waktu ditulisnya. larangan itu terdapat dalam intruksi menteri pendidikan Dasar dan kebudayaan R.I.  no.1381/1965 tertanggal 39 november 1965. 

Larangan itu di intruksikan deangan pertimbangan untuk mengadakan tindaka lanjut didalam usaha menumpaspengaruh dari gerakan mental ideologi dan berlaku surut mulai tanggal 1 November 1965. Intruksi yang ditujukan kepada para pejabat di lingkungan P.D & K,itu disertai dengan dua buah lampiran yaitu daftar sementara buku-buku terlarang dan daftar sementara anggota LEKTRA.


            Sumber : Ichtisar Sedjarah Sastra indonesia.
Ajip Rosidi 1969.


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Biografi Nh.Dini - Pengarang Wanita Indonesia Tempo Doeloe

                                                                  

Nh.Dini pengarang Indonesia tempo doeloe
Nh.Dini
 Nh yang nama lengkapnya " Nurhayati Srihardini " (lahir di Semarang tanggal 29 Februari 1939),mulai menulis cerpen-cerpen yang dimuat dalam majalah "Kisah"dan lain-lain. Pada cerpen itu tidak ada lagi protes yang berkisar soal-soal kewanitaan yang dunianya terjepit di tengah dunia laki-laki.

Tokoh wanita Dini adalah Manusia-manusia yang kalaupun berontak adalah berontak karena hendak memperjuangkan harga dirinya sebagai manusia. Dalam cerpen " Dua Dunia" dikisahkan Dini tentang Iswanti seorang janda muda yang sakit tiphus yang diceritakan suaminya karena sisuami main gila dengan ibutirinya sendiri. Cerpen itu kemudian bersama dengan beberapa buah cerpennya yang lain dibukukan dengan judul " Dua Dunia " juga 1956. 

Dalam cerpen itu Dini menunjukan perhatiannya yang besar terhadap kepincangan-kepincangan sosial yang dia lihat terjadi disekelilingnya. Misalnya dalam cerpennya " Kelahiran " dan " Perempuan Warung " .
 
Setelah terbit dengan kumpulan cerpen itu,Dini kemudian menerbitkan sebuah roman-pendek berjudul " Hati yang Damai " (1961). Ceritanya tentang seorang istri penerbang yang ketika suaminya mendapat kecelakaan lau terlibat dalam cinta segiempat hinggga akhirnya ia menemukan kedamaian pada keluasan hati semuanya. Kisah ini sangat mengharukan dan ditulis dengan halus mengajuk hati wanita.


Dini kemudian menikah dengan seorang diplomat Perancis. mengikuti suaminya ia pernah lama tinggal di Jepang dan antara lain menulis sebuah roman pula yang fragmennya pernah diumumkan  dalam majalah. Roman yang berjudul " Hiroko " itu konon sudah diterjemahkan kedalam bahasa Perancis dan terbit dalam salahsatu majalah di Paris.
  Dari jepang Dini mengikuti suaminya ke Perancis dan disanapun ia terus menulis. beberapa fragmen dan roman yang diselesaikannya telah pula diumumkan dalam majalah-majalah 'Sastra' dan 'Horison' anataranya dari roman berjudul " Pada Sebuah Kapal ". 
Naskah roman lain yang juga sudah diselesaikannya berjudul " La Barka ".

Kecuali Nh.Dini pada period ini kitapun mencatat beberapa pengarang wanita lain.Surtiningsih,
Ny.Dyantinah B. Supeno dan Hartini adalah penulis cerpen yang dimuat dalam majalah. Tapi sebegitu jauh belum ada data-data untuk mencatat kegiatan mereka lebih daripada menyebut nama-namanya saja. 
      
 Sumber:Ichtisar Sejarah Sastra Indonesia 
oleh Ajip Rosidi 1969


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Naskah Kuno dan Prasasti di Priangan



Naskah priangan tempo doeloe

Di Jawa-Barat banyak ditemukan prasasti,antara lain di Bogor,Banten dan Bekasi,yaitu Ciaruteun,Kebon kopi,Pasir jambu,Cidangiang dan Tugu. Benda-benda itu merupakan bukti bagi kita bahwa kepandaian tulis-menulis di Daerah Sunda telah ada sejak abad ke lima.

Huruf dan bahasa tulis yang digunakan adalah huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta,yang semula berasal dari India. Masyarakat Sunda pada zamannya benar-benar telah mengusai pengetahuan baca-tulis,terbukukti dengan ditemukannya empat buah Prasasti di Sukabumi,yang terkenal bernama Prasasti Bantarmuncang. bahasa yang digunakan adalah Bahasa Jawa Kuno dan bertahun 955 atau 1030 Masehi. Kemudian ditemukan lagi prasasti yang dibuat pada abad ke-14 dan ke-16 di Kawali(Ciamis),Bogor. bahasa yang digunakan dalam prasasti tersebut ialah Bahasa Sunda Kuno.

Pemerintah berusaha memelihara semua benda peninggalan leluhur,mengingat fungsinya yang penting bagi Ilmu Pengetahuan. Apalagi peninggallan sejarah itu menjadi kebanggan seluruh bangsa secara turun-temurun. Bukti-bukti sejarah tersebut sangat bermanfaat bagi kehidupan dan pembagunan kebudayaan kita.

Seorang ilmuwan Belanda bernama N.J.Krom mengutarakan bahwa naskah Sunda yang tertua yang pernah ditemukan bertahun 1256 saka atau 134 masehi. Kita dapat membaca naskah-naskah Sunda yang telah disimpan,baik dari museum Nasional Jakarta atau Museum Jawa-Barat. Selain itu Museum Geusan Ulun di Sumedang dan Museum Cigugur di Kuningan,dewasa ini telah memiliki pula koleksi naskah-naskah Sunda. Sedang perpustakaan Leiden di Belanda dan Perpustakaan Asiatic Society di Inggris,telah lama memiliki koleksi naskah Sunda.

Di dalam masyarakat Sunda pada umumnya,naskah Sunda dimiliki oleh anak-cucu keturunan Pamongpraja di masa lalu . juga dimiliki para Kiai dan Ulama,para pecinta kesenian dan kebuyaan Sunda.
Tak terbilang banyaknya naskah yang rusak karena terlantar. Isi dan bahasanya tidak diketahui oleh generasi muda sehingga tidak terawat dengan baik. Bahannya pun tidak menarik.

Selain itu ada pemilik naskah yang merahasiakan benda yang dimilikinya,karena berbagai alasan. Antara lain benda itu merupakan benda pusaka nenek moyang yang perlu ditelusuri. Ada pula karena mengindahkan pesan leluhur yang telah lampau,bahwa naskah tersebut tidak boleh jatuh ke tangan penjajah.

Pada tahun 1969,seorang pemilik naskah dengan berat hati terpaksa menjual naskah warisan nenek moyangnya,meskipun dilarang oleh keluarganya. Hal tersebut dilakukan karena ia perlu uang untuk berobat. Naskah itu berjudul " Carita Purwaka Caruban Negari ", naskah itu kini tersimpan di Museum Negeri Jawa-Barat di Bandung.  Peristiwa ini sama dengan peristiwa perolehan naskah yang lain,yaitu naskah Pustaka Negara Kertabumi dan Pustaka Pararaturan i Bumi Javadwipa serta Pustaka Pararaturan i Bumi Nusantara.

Adapun bahan yang digunakan untuk menulis naskah Sunda ialah daun lontar,janur daun enau,daun pandan,nipah dan daluang. Selain ditulis dalam huruf Sunda Kuno,huruf Jawa-Sunda dan huruf latin,sebagian besar naskah Sunda ditulis dengan huruf Arab.

Pada tahun 1980,1982,1983 dan 1984,telah diterbitkan hasil pendataan Naskah Sunda Lama di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang oleh petugas Departemen Pendidikan dan kebudayaan Jawa-Barat,yaitu:
Dr.Edi S. Eka Ekajati. Dalam pada itu naskah tulisan tangan asal Sunda yang di tulis oleh Karel Frederik Holle pada tahun 1867.


DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Tanah Sunda Dari Masa Ke Masa



 priangan tempo doeloe
PRIANGAN TEMPO DULU

Catatan sejarah menunjukan gambaran bahwa wilayah di Pulau Jawa bagian barat (Jawa-Barat) pernah ada sekelompok masyarakat yang bermata pencaharian utamanya berladang. Perikehidupan masyarakat tersebut masih sederhana. Keadaan alam Jawa-Barat yang memiliki aliran sungai,seperti Ciliwung,Cisadane,Sungai Bekasi,Ciherang, Citarum,Cimalaya,Ciparage dan Ciaruteun banyak menunjang sarana lalulintas pada jaman itu. Di samping itu ada Danau Bandung dan Situ Cangkuang di Leles,Garut.

Menurut cerita Danau dan Situ tersebut sebagai sumber kehidupan karena merupakan ladang menangkap ikan. Penangkapan ikan pada jaman itu mempergunakan tombak,yang ujungnya mempergunakan mikrolit dan artefak yang terbuat dari batu obsidian.

Bukti cerita jaman prasejarah itu ditemukan situs dan artefak di daerah-daerah dataran tinggi Bandung,di Pasir Angin,di daerah utara Tanggerang,di Rengas Dengklok,di Kalapa Dua,di lembah Leles Garut,dan di Kuningan. Animisme dan dinamisme merupakan kepercayaan masyarakat jaman prasejarah,yang merupakan cikal bakal masyarakat Jawa-Barat sekarang.

Priangan Masa Hindu
Masyarakat Sunda pertamakali hadir dalam catatan sejarah diawali dengan berdirinya Kerajaan Tarumanagara dengan rajanya Purnawarman,kira-kira pada pertengahan abad ke-5 Masehi. Ibukota Negara ini kira-kira berada sekitar tepi sungai daerah Karawang-Bekasi (sekarang). Animmisme merupakan kepercayaan masyarakat zaman itu,menganut agama Hindu aliran Wisynu. Sumber yang menerangkan mengenai kerajaan ini yaitu sebuah prasasti di Batavia,sebuah prasasti yang terdapat di Kota Kapur bangka,dan sebuah prasasti di Banten,serta 5 prasasti yang terdapat di Bogor. Sedangkan sumber lain telah ditemukan dua buah area Cibuaya,yang merupakan pelengkap bukti cerita Kerajaan Tarumanagara.

Ketika Tarumanagara mengalami kemunduran,di daerah Sunda berdiri beberapa kerajaan kecil,yaitu,Kuningan,Galuh ,dan Sunda. Kerajaan-kerajaan tersebut bergabung,dan disebut kerajaan Sunda. Ibukota kerajaan ini berpindah-pindah sejak dari Galuh (sekitar Ciamis sekarang) pada awal abad ke 8 Masehi,sampai di Pakuan Pajajaran (sekitar Bogor sekarang)tahun 1579 Masehi. mata pencaharian masyarakat jaman itu berladang. Pada masa perkembangan Sri Baduga Maharaja,kerajaan ini mengalami perkembangan dalam bidang pertanian,dan perniagaan. Adanya beberapa kota pelabuhan seperti Banten,Pontang,Cikande, Tanggerang, Sunda Kalapa,Karawang,dan Cimanuk,merupakan bukti hal tersebut. Keratonnya diberi nama Sri Bhima Untarayana. Ibukota Pakuan pada masa itu dapat dicapai dari Sunda Kalapa dengan menggunakan kapal menyusuri Sungai Ciliwung.

Raja-raja yang memerintah Kerajaan Sunda adalah : Sanjaya (memerintah sekitar tahun 732 Masehi,Maharaja Sri jayabhupai (tahun 1030),Prabu Raja Wastu (tahun 1357),Wastu Kancana (tahun 1371-1475 M),Tohaan (selama tujuh tahun),Sri Baduga Maharaja (1482-1521 M),prabu Suriawisesa (1521-1535 M),Prabu Rajadewata (1543-1551 M),dan Tohaan Dimajaya (1551-1567).

  
Priangan Masa Sentuhan Islam Pertama
Salah seorang putera Prabu Buni Sora ialah Bratalegawa yang lahir pada tahun 1350 M. Sebagai saudagar besar,ia sering berlayar ke Sumatra,Semenanjung Cina,Campa,India,Sri Langka,Parsi sampai ke Negri Arab.
Bratalegawa bertemu dengan dengan wanita muslim dari Gujarat yang bernama Farhana binti Muhammad yang kemudian menjadi istrinya. Bratalegawa kemudian memeluk agama Islam dan berhaji,kemudian ia beroleh nama Haji Baharudin al Jawi atau lebih dikenal Haji Purwa Galuh. Hasil perkawinannya dikaruniai anak yang bernama Ahmad dan atau Maulana Saifudin. Maulana Saifudin menikah dengan Rogayah dan dikaruniai puteri yang bernama Khodijah.Kelak Khodijah diperisteri oleh Syech Datuk Kahfi.

Haji Purwa bersama keluarganya merupakan penyebar Agama Islam pertama di wilayah Jawa-Barat.
Pesantern pertama didirikan pada tahun 1416  M. Di Pura Dalem Karawang,dan Pesantern yang kedua  didirikan oleh Syech Datuk Kahfi di Amparan Jati. Pada masa itu armada Cina mengadakan perjalanan keliling dipimpin oleh Panglima Cheng Ho yang beragama Islam. Armada ini singgah di Karawang. Di daerah ini turun Syeh Hasanudin yang berasal dari Campa yang iku bersama Cheng Ho. Armada Cina melanjutkan perjalanannya ke timur dipimpin oleh Ki Gedeng Jumajan.

Syech Hasanudin menikahi Ratna Sondari puteri Ki Gedeng Karawang. Hasil perkawinannya lahir Syech Ahmad yang menjadi penghulu pertama di Karawang. Cucu Syech Ahmad yaitu Syech Musanudin yang kelak menjadi lebe di Cirebon dan mempunyai tajung Sang Cipta pada masa Susuhunan Jati. Pesantern Karawanr terkenal denga Pesantren Kuro,yang di antara muridnya terdapat Subanglarang puteri Ki Gedeng Tapa,juru labuh di Muara Jati Cirebon. Puteri ini kelak menjadi permaisuri Kerajaan Pajajaran.
 kesimpulannya bahwa sentuhan Islam di Jawa-Barat terjadi dalam waktu pemeerintahan Wastu Kancana. Di mulai oleh Bratalegawa alias Haji Purwa yang kemudian bermukim di Dukuh Pasambangan. Kemudian oleh Syech Hasanudin dari Campa yang mendirikan pondok Kuro di Karawang pada tahun 1416 M.

Priangan Masa Penjajahan
Konflik yang terjadi antara Mataram dan Kompeni dapat diselesaikan yang berbuntut,Mataram menghadiahkan Tanah Sunda (Priangan) menjadi daerah kekuasaan Kompeni. Berangsur-angsur Belanda menanamkan kekuasaanya di Tanah Sunda. Sehingga kemudian di akhir abad ke 19 daerah yang kemudian disebut Jawa-Barat jatuh seluruhnya kepada kekuasaan Kolonial Hindia-Belanda.

Seperti orang Indonesia lainnya,pada awal abad ke-20 orang Sunda-pun mempunyai organisasi untuk meningkatkan kesadaran Nasioan. Hal ini di Jawa-Barat dipelopori oleh Paguyuban yang didirikan tanggal 22 September tahun 1914. Pada awalnya paguyuban ini aktif dalam bidang sosial dan budaya,tetapi seterusnya bergerak dalam bidang ekonomi,politik,kepemudaan,kewanitaan,dan pendidikan.

Bangsa Indonesia memasuki era baru,juga bagi orang Sunda. Kemakmuran asia Timur Raya yang diprogramkan membawa masyarakat Indonesia mendukung perang Jepang. Pada masa itu nama Indonesia untuk sebutan bangsa kita disebut dengan terang-terangan. Kegiatan lain yang dilakukan bangsa Indonesia (termasuk orang Sunda)antara lain Kyoren (latihan baris-berbaris),Seinendran (kepemudaan),Keibodan (semacam L.B.D.),hinrihosi (semacam kerja paksa),Tonarigemi(semacam Rw dan RT),Fujikan (organisasi wanita),Romusha(kerja paksa),dan Heiho (tentara Jeapang terdiri dari orang-orang pribumi). Jepang yang datang ke Indoneasia dipandang sebagai saudara tua oleh bangsa kita,tetapi pada akhirnya jelas sebagai penjajah.

Sumber:Bunga Rampai Jawa-Barat.Manispal Mashun 1991

                                         
   

DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!


Sejarah Prabu Siliwangi Dalam Carita Pantun




buku mundinglaya
PRABU SILIWANGI DALAMARITA PANTUN
                                  
Cerita Pantun (CP) yang kita temukan sekarang,pada umumnya mengisahkan para pelaku setelah Prabu Siliwangi,yaitu anak-anaknya atau satria lain yang seangkatan dengan mereka dan yang lebih kemudian,sehingga ,karena itu,hal ihwal Prabu Siliwangi tidak banyak di ungkapkan. Mungkin dalam CP Siliwangi tidak banyak di ungkapkan. 

Mungkin dalam CP Siliwangi yang judulnya disebut dalam Siksa Kanda ng Kareasian. Prabu Siliwangi dikisahkan sebagai sinatria aktif dilapangan sehingga mungkin gambarannya atau segala peristiwa dikemukakan dengan lebih menyeluruh. Pada CP-CP yang sempat didapatkan,gambaran secara demikian tidak ditemukan. Bahkan dalam CP yang berjudul siliwangi (juru pantun Usup) Prabu Siliwangi dikisahkan sudah menjadi raja Pajajaran dan pada CP ini disebutkan bahwa Prabu Siliwangi beristeri 151 orang,yang pertama namanya Rajamantri dan yang terakhir bernama Padnawati,yang tinggal di Slalaka.
  
Cerita berkisar sekitar mendapatkan 'lelayang salaka Domas rarawis emas'  yang ada di luar angkasa dan berakhir dengan diserahkannya lelayang tersebut dengan oleh 'Mundinglaya Dikusumah' yang sudah banyak dikenal. PElaku yang aktif adalah 'Mundinglaya Dikusumah',yang berjuang untuk mendapatka pengakuan sebagai anak Prabu Siliwangi.

Prabu siliwangi dikisahkan hubungannya dengan kedua isterinya itu,yaitu dengan Rajamantri isterinya yang sangat mencintainya dan sangat mengabdi kepadanya,dan dengan Padnawati yang hanya ingin diakui sebagai isteri kapada suami,dan malah berani mempermalukannya. hubungan yang lain adalh dengan 'Kidang Pananjung',patih tua,tempat menitipkan Padnawati,dan secara bijaksana menjaga keselamatannya,kemudian juga keselamatan 'Mundinglaya',sehingga mereka terlepas dari kemakmuranPrabu Siliwangi,dan sekaligus juga menjaga kewibawaan raja yang di abdinya itu. Prabu Siliwangi dilukiskan perlakuannya berkasih-kasihan dengan Rajamantri,juga perilakunya waktu dipermalukan oleh Padnawatiyaitu ketakutan menghadapi penjelmaan Padnawati sebagai makhluk mengerikan. tindakannya,yaitu pada saat 'Mundinglaya' telah berhasil menunaikan tugasnya mendapatkan 'Lelayang Salaka Domas.
  
Dalam CP Siliwangi tersebut tidak ada peristiwa yang menyebabkan Prabu Siliwangi menunjukan sifat-sifat yang luar biasa,sebab memang peristiwa berlangsung dalam lingkungan isteri serta hambanya saja,tidak ada tantangan yang menyebabkan ia menunjukan kepribadiaannya yang mendalam. Pada pembicaraannya dengan 'Rajamantri'dan Padnawati begitu pula dengan 'Kidang Pananjung',ia lebih lembut dan akrab,tetapi pada waktu dihianati oleh 'Padnawati',ia murka sekali kedua perilaku itu biasa dapat terjadi pada siapapun. Pada perilaku-perilaku tersebut oleh juru pantun dilukiskan dengan sifat yang manusiawi,malah 'Kidang pananjung' demi pengabdiannya,telah melakukan titahnya,sebab ia beranggapan bahwa 'Sang Prabu'dalam keadaan silap dalam kemarahannya itu. Demikian Prabu Siliwangi dilukiskan dalam segi kemanusiaan yang wajar,malah ada bagian yang bertentangan sifat kepahlawanannya,yaitu ketika ketakutan kala penjelmaan 'Padnawati' yang mengerikan,dan pada waktu itu tergila-gila kepada 'lelayang salaka domas'. Hal ini dapat pula dipandang sebagai usaha juru pantun untuk mendekatkan tokoh ideal kepada kehidupan sehari-hari,seperti yang dikenalnya dan seperti yang mempengaruhi dirinya. hal seperti itu terjadi juga dalam cerita Sri Rama dalam hikayat melayu (Ikram 1980). Dengan cara itu masyarakat merasa akrab dengan tokoh ideal ini.

Dalam CP Siliwangi,demikian pula dalam CP-CP lainnya Prabu Siliwangi sudah jadi. Sifat-sifat dari tokoh ideal atau tokoh pahlawan cerita seperti kearifan,kasih sayang,keadilan,ketampanan,keberanian,keperkasaan dalam peperangan,sudah tidak dipertunjukan lagi. Sebab,kiranya,sudah dianggap lekat dengan dirinya. Sudah terbentuk dalam dirinya sejak masa lalu,yang peristiwanya tidak lagi menjadi cakupan CP yang ditemukan sekarang. Kebesarannya terbayang dari keadaan kerajaanya yang oleh 'Juru Pantun' dilukiskan aman dan tenteram dan adil dan makmur. begitu pula terbayang dari pengabdian para raja di berbagai daerah kepada 'Satria Tedak Pakuan ' yaitu anak cucu.

Jika puntterpaksa terjadi peperangan,ternyata Satria dari Pakuan Pajajaran yang tangguh,hampir  tidak pernah dapat dikalahkan. Begitu pula perlakuannya kepada bekas musuhnya sangat baik,sehingga mereka itu kemudian mengabdikan dirisebagai hulubalangnya. Hal-hal itu memberikan pula kilasan wibawa dan kebesaran Prabu Siliwangi walaupun dalam cerita,dirinya sudah tidak lagi jadi pelaku.

Dalam CP Siliwangi dan 'Mundinglaya Dikusuma',Prabu Siliwangi masih tampil,walaupun sebagai satria aktif,melainkan sebagai raja yang di abdi. Yang memberikan hukuman dan ganjaran. Dalam jalan cerita ia tidak lagi jadi pelaku utama,melainkan lebih sebagai penggerak cerita. Pada CP-CP lain kedudukannya dalam cerita mungkin hanya digambarkan saja atau malah disebut-sebut saja. Tetapi,hal itu sama sekali tidak menyebabkan tidak penting,sebab pengembaraanya itu dilakukan dengan penuh kebanggaan,dan tetap memberikan kewibawaan dan kekuatan bagi para satria yang sedang aktif dalam perjuangan. para satria lain dan dan para puteri,begitu pula para raja dimanapun memberikan perlakuan khusus kepada 'Satria Tedak Pakuan Pajajaran'.

Pengutaraan tentang Prabu siliwangi diceritakan melakukan tindakan. Deskripsikan,yaitu Prabu Siliwangi digambarkan keadaanya,didialoagkan,yaitu Prabu Siliwangi berbicara sebagai seorang yang memiliki kearifandan budi yang tinggi,pengasih,adil,tampan,danmenarik,berani dan disegani,perwira dan ksatria,dan pertapa. Pemerintahannya merupakan teladan pemerintahan yang adil,kerajaan makmur,sehingga rakyat hidup tenteram. 

Demikianlah,sebagai tokoh ideal perwatakannya dibentuk untuk mendukung amanat seperti itu. Pelukisan tokoh yang menyalahi sifat-sifat demikian akan dianggap  tidak cocok,danakan mendapat penolakan dari masyarakat. Bahkan dalam memerankannya diatas pentas,mungkin dirasakan tidak cocok belaka,sebab setiap orang sudah memiliki gambaran idaman masing-masing,yang dianggap tak dapat diganggu gugat.

Untuk melaksanakan amanat yang dibebankan kepada tokoh ideal ia harus mempunyai keturunan yang akan mewarisi kerajaan dan memeliharanya. Dalam hubungan ini Prabu Siliwangi dalam CP,disebutkan mempunyai 75 anak orang anak,dan anak-anaknya serta keturunanannya itu memerintah dimana-mana,seperti diutarakan dalam berbagai CP ia juga dilengakapi oleh tokoh-tokoh penunjang,seperti isteri rupawan yang setia,yang jumlahnya disebutkan sebanyak 151 orang,hulubalang yang gagah berani,dan penasihat serta pengasuh yang bijaksana,seperti'Kidang Pananjung',Gelap Nyawang,dan Lengser.


 -Sumber:Seminar Sejarah dan Tradisi Tentang Prabu
Siliwangi,Bandung,20-24 Maret 1985-
(oleh: Yus Rusmana)
DIJUAL BUKU-BUKU LAWAS ... !!!