 |
PRABU SILIWANGI DALAMARITA PANTUN |
Cerita Pantun (CP) yang kita temukan sekarang,pada
umumnya mengisahkan para pelaku setelah Prabu Siliwangi,yaitu anak-anaknya atau
satria lain yang seangkatan dengan mereka dan yang lebih kemudian,sehingga
,karena itu,hal ihwal Prabu Siliwangi tidak banyak di ungkapkan. Mungkin dalam
CP Siliwangi tidak banyak di ungkapkan.
Mungkin dalam CP Siliwangi yang
judulnya disebut dalam Siksa Kanda ng Kareasian. Prabu Siliwangi dikisahkan
sebagai sinatria aktif dilapangan sehingga mungkin gambarannya atau segala
peristiwa dikemukakan dengan lebih menyeluruh. Pada CP-CP yang sempat didapatkan,gambaran
secara demikian tidak ditemukan. Bahkan dalam CP yang berjudul siliwangi (juru
pantun Usup) Prabu Siliwangi dikisahkan sudah menjadi raja Pajajaran dan pada
CP ini disebutkan bahwa Prabu Siliwangi beristeri 151 orang,yang pertama
namanya Rajamantri dan yang terakhir bernama Padnawati,yang tinggal di Slalaka.
Cerita berkisar sekitar mendapatkan 'lelayang
salaka Domas rarawis emas' yang ada di
luar angkasa dan berakhir dengan diserahkannya lelayang tersebut dengan oleh
'Mundinglaya Dikusumah' yang sudah banyak dikenal. PElaku yang aktif adalah
'Mundinglaya Dikusumah',yang berjuang untuk mendapatka pengakuan sebagai anak
Prabu Siliwangi.
Prabu siliwangi dikisahkan hubungannya dengan
kedua isterinya itu,yaitu dengan Rajamantri isterinya yang sangat mencintainya
dan sangat mengabdi kepadanya,dan dengan Padnawati yang hanya ingin diakui
sebagai isteri kapada suami,dan malah berani mempermalukannya. hubungan yang
lain adalh dengan 'Kidang Pananjung',patih tua,tempat menitipkan Padnawati,dan
secara bijaksana menjaga keselamatannya,kemudian juga keselamatan
'Mundinglaya',sehingga mereka terlepas dari kemakmuranPrabu Siliwangi,dan
sekaligus juga menjaga kewibawaan raja yang di abdinya itu. Prabu Siliwangi
dilukiskan perlakuannya berkasih-kasihan dengan Rajamantri,juga perilakunya
waktu dipermalukan oleh Padnawatiyaitu ketakutan menghadapi penjelmaan
Padnawati sebagai makhluk mengerikan. tindakannya,yaitu pada saat 'Mundinglaya'
telah berhasil menunaikan tugasnya mendapatkan 'Lelayang Salaka Domas.
Dalam CP Siliwangi tersebut tidak ada
peristiwa yang menyebabkan Prabu Siliwangi menunjukan sifat-sifat yang luar
biasa,sebab memang peristiwa berlangsung dalam lingkungan isteri serta hambanya
saja,tidak ada tantangan yang menyebabkan ia menunjukan kepribadiaannya yang
mendalam. Pada pembicaraannya dengan 'Rajamantri'dan Padnawati begitu pula
dengan 'Kidang Pananjung',ia lebih lembut dan akrab,tetapi pada waktu dihianati
oleh 'Padnawati',ia murka sekali kedua perilaku itu biasa dapat terjadi pada
siapapun. Pada perilaku-perilaku tersebut oleh juru pantun dilukiskan dengan
sifat yang manusiawi,malah 'Kidang pananjung' demi pengabdiannya,telah
melakukan titahnya,sebab ia beranggapan bahwa 'Sang Prabu'dalam keadaan silap
dalam kemarahannya itu. Demikian Prabu Siliwangi dilukiskan dalam segi
kemanusiaan yang wajar,malah ada bagian yang bertentangan sifat
kepahlawanannya,yaitu ketika ketakutan kala penjelmaan 'Padnawati' yang
mengerikan,dan pada waktu itu tergila-gila kepada 'lelayang salaka domas'. Hal
ini dapat pula dipandang sebagai usaha juru pantun untuk mendekatkan tokoh
ideal kepada kehidupan sehari-hari,seperti yang dikenalnya dan seperti yang
mempengaruhi dirinya. hal seperti itu terjadi juga dalam cerita Sri Rama dalam
hikayat melayu (Ikram 1980). Dengan cara itu masyarakat merasa akrab dengan
tokoh ideal ini.
Dalam CP Siliwangi,demikian pula dalam CP-CP
lainnya Prabu Siliwangi sudah jadi. Sifat-sifat dari tokoh ideal atau tokoh
pahlawan cerita seperti kearifan,kasih
sayang,keadilan,ketampanan,keberanian,keperkasaan dalam peperangan,sudah tidak
dipertunjukan lagi. Sebab,kiranya,sudah dianggap lekat dengan dirinya. Sudah
terbentuk dalam dirinya sejak masa lalu,yang peristiwanya tidak lagi menjadi
cakupan CP yang ditemukan sekarang. Kebesarannya terbayang dari keadaan
kerajaanya yang oleh 'Juru Pantun' dilukiskan aman dan tenteram dan adil dan
makmur. begitu pula terbayang dari pengabdian para raja di berbagai daerah
kepada 'Satria Tedak Pakuan ' yaitu anak cucu.
Jika puntterpaksa terjadi peperangan,ternyata
Satria dari Pakuan Pajajaran yang tangguh,hampir tidak pernah dapat dikalahkan. Begitu pula
perlakuannya kepada bekas musuhnya sangat baik,sehingga mereka itu kemudian
mengabdikan dirisebagai hulubalangnya. Hal-hal itu memberikan pula kilasan
wibawa dan kebesaran Prabu Siliwangi walaupun dalam cerita,dirinya sudah tidak
lagi jadi pelaku.
Dalam CP Siliwangi dan 'Mundinglaya
Dikusuma',Prabu Siliwangi masih tampil,walaupun sebagai satria aktif,melainkan
sebagai raja yang di abdi. Yang memberikan hukuman dan ganjaran. Dalam jalan
cerita ia tidak lagi jadi pelaku utama,melainkan lebih sebagai penggerak
cerita. Pada CP-CP lain kedudukannya dalam cerita mungkin hanya digambarkan
saja atau malah disebut-sebut saja. Tetapi,hal itu sama sekali tidak
menyebabkan tidak penting,sebab pengembaraanya itu dilakukan dengan penuh
kebanggaan,dan tetap memberikan kewibawaan dan kekuatan bagi para satria yang
sedang aktif dalam perjuangan. para satria lain dan dan para puteri,begitu pula
para raja dimanapun memberikan perlakuan khusus kepada 'Satria Tedak Pakuan
Pajajaran'.
Pengutaraan tentang Prabu siliwangi
diceritakan melakukan tindakan. Deskripsikan,yaitu Prabu Siliwangi digambarkan
keadaanya,didialoagkan,yaitu Prabu Siliwangi berbicara sebagai seorang yang
memiliki kearifandan budi yang tinggi,pengasih,adil,tampan,danmenarik,berani
dan disegani,perwira dan ksatria,dan pertapa. Pemerintahannya merupakan teladan
pemerintahan yang adil,kerajaan makmur,sehingga rakyat hidup tenteram.
Demikianlah,sebagai tokoh ideal perwatakannya
dibentuk untuk mendukung amanat seperti itu. Pelukisan tokoh yang menyalahi
sifat-sifat demikian akan dianggap tidak
cocok,danakan mendapat penolakan dari masyarakat. Bahkan dalam memerankannya
diatas pentas,mungkin dirasakan tidak cocok belaka,sebab setiap orang sudah
memiliki gambaran idaman masing-masing,yang dianggap tak dapat diganggu gugat.
Untuk melaksanakan amanat yang dibebankan
kepada tokoh ideal ia harus mempunyai keturunan yang akan mewarisi kerajaan dan
memeliharanya. Dalam hubungan ini Prabu Siliwangi dalam CP,disebutkan mempunyai
75 anak orang anak,dan anak-anaknya serta keturunanannya itu memerintah
dimana-mana,seperti diutarakan dalam berbagai CP ia juga dilengakapi oleh
tokoh-tokoh penunjang,seperti isteri rupawan yang setia,yang jumlahnya
disebutkan sebanyak 151 orang,hulubalang yang gagah berani,dan penasihat serta
pengasuh yang bijaksana,seperti'Kidang Pananjung',Gelap Nyawang,dan Lengser.
-Sumber:Seminar Sejarah dan Tradisi Tentang Prabu
Siliwangi,Bandung,20-24 Maret 1985-
(oleh: Yus Rusmana)